Makassar (ANTARA News) - Pembagian sarung kepada kaum duafa dan fakir miskin mendominasi pengganti zakat harta di Kota Makassar.

"Ini sudah menjadi tradisi tahunan di keluarga kami, dengan harapan sarung itu dapat digunakan untuk taraweh dan lebaran," kata salah seorang warga Jl Ujung, Makassar Hj. Dahlia, Minggu.

Dia mengatakan, perhitungan zakat harta yang dikeluarkan pada Ramadan, itu dijadikan anggaran untuk membeli sarung beberapa kodi. Kemudian dibagikan pada keluarga atau tetangga yang masuk golong penerima zakat harta dan fitrah.

Menurut dia, selain sarung yang dapat dibagikan, juga pakaian berupa baju koko atau gamis yang dapat digunakan untuk beribadah.

Hal senada dikemukakan warga Kota Makassar lainnya, Hj Nurjanna.

Dia mengatakan, pada pertengahan Ramadan sudah membeli tujuh kodi sarung untuk dibagi-bagikan ke keluarga, tetangga dan panti asuhan terdekat.

"Rata-rata per rumah tangga kami berikan dua sarung, sedang untuk panti asuhan disesuaikan dengan jumlah anak pantinya," katanya.

Masih tingginya animo membagikan sarung sebagai pengganti zakat harta padaq Ramadan, telah memicu kenaikan pembelian sarung di sejumlah pasar dan toko swalayan di Makassar.

Hal itu diakui pemilik lods di pusat grosir Pasar Butung, Makassar H Djamaluddin.

Menurut dia, omzet penjualan sarungnya naik hingga 50 persen pada Ramadan.

"Rata-rata penjualan sarung per hari dapat mencapai 45 kodi, padahal dalam kondisi normal hanya mencapai 30 kodi per hari," katanya.

Dia mengatakan, menurut pengakuan pembeli sarung tersebut ingin dibagi-bagikan kepada fakir miskin, namun ada pula di antaranya yang bermaksud untuk dijual di pasar tradisional di kampung.
(T.S036/I006)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011