Tahun ini pasangan santri yang dinikahkan sebanyak 30 pasang,"
Bogor (ANTARA News) - Pondok Pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman, Parung, Kabupaten Bogor, memiliki tradisi nikah massal yang dilaksanakan setiap tahunnya sepekan sebelum masuk bulan Ramadhan, kata staf Humas pondok tersebut, Syaifuddin, Minggu .

Uniknya yang menikah adalah para santri dan santriwati di Pondok Pesantren yang didirikan oleh Habib Saggaf bin Mahdi ini.

"Tahun ini pasangan santri yang dinikahkan sebanyak 30 pasang," kata Syaifuddin.

Menurut dia, tradisi nikah massal ini sudah dimulai sejak tujuh tahun lalu, yakni 2006. Kala itu sebanyak 40 pasangan santri dinikahkan oleh pihak pondok pesantren.

Pada tahun 2007, jumlah santri yang ikut dalam program menikah massal di Pondok Pesantren tersebut mencapai rekor tertinggi yakni sebanyak 200 orang. Tercatat sejak 2006 hingga 2013 ini sudah 500 pasangan santri yang dinikahkan oleh pihak Pondok Pesantren.

"Pada tahun 2007 itu jumlah santri yang menikah cukup banyak mencapai 200 pasangan," katanya.

Syaifuddin menjelaskan menikahkan para santri dan santriwati ini tanpa ada paksaan, kedua pasangan dipertemukan dengan cara Ta`aruf yang dilakukan oleh panitia nikah massal dari Pondok Pesantren.

Mereka yang menikah harus memenuhi beberapa syarat di antaranya telah lulus pendidikan Strata satu untuk laki-laki dan perempuan. Matang dalam usia, laki-laki 25 tahun dan perempuan 20 tahun.

"Yang pasti tidak ada paksaan, mereka menikah sesuai dengan keinginan mereka memilih pasangan dengan proses Ta`aruf," kata Syaifuddin.

Dijelaskannya, proses pemilihan jodoh dilakukan sebulan sebelum Ramadhan atau sebelum wisuda para santri. Para santri yang ingin mencari calon istri melampirkan data diri berupa biodata dan dilengkapi dengan foto berupa pas foto.

Sedangkan data diri santri perempuan tidak dilengkapi dengan foto. Oleh panitia, data diri santri-santri yang ingin menikah ini saling ditukarkan, data santriwati diberikan ke santri laki-laki bagitu juga sebaliknya.

Setelah memilih siapa pasangan yang dikehendaki, santri dipersilakan meminta izin kepada orang tuanya atas rencananya menikah dengan santri di Pondok Pesantren.

"Jika orang tua menyetujui, dilanjutkan dengan pertemuan antara kedua orang tua yang difasilitasi oleh pondok pesantren," katanya.

Selanjutnya, kata Syaifuddin, jika diantara orang tua sudah setuju maka proses pernikahan tinggal dilaksanakan bersamaan dengan pasangan lainnya.

"Pernikahan ini dilangsungkan bersamaan dengan wisuda, jadi setelah wisuda mereka langsung dinikahkan," katanya.

Saat menikah, santri ini dibekali mahar dan sepasang cincin pernikahan dan perlengkapan hantaran untuk menikah oleh pihak Pondok Pesantren setelah mendaftarkan pernikahan dengan biaya Rp2 juta.

Biaya pernikahan tersebut digunakan untuk membeli cincin pernikahan, mahar, perlengkapan hantaran serta biaya buku nikah.

"Dalam pernikahan ini kita melibatkan tiga orang KUA yang akan menikahkan semua pasangan," katanya.

Menikahkan para santri ini, kata Syaifuddin merupakan anjuran Habib Saggaf bin Mahdi yang memiliki tujuan agar para santri setelah lulus sekolah dan kuliah dari pesantren tidak lagi memikirkan pernikahannya.

"Habib bertujuan ingin mensejaterakan santrinya, jadi ketika lulus, sudah punya gelar S1, sudah punya istri atau suami dan bisa langsung bekerja baik itu di Pesantren atau berkarir di luar pesantren," katanya.

Syaifuddin menambahkan, menikahi santri di Pondok Pesantren tersebut adalah anjuran, santri juga memiliki hak untuk memilih menikahi gadis pilihannya atau tidak mengikuti tradisi menikah di pesantren.

Pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman merupakan pondok pesantren yang cukup besar di wilayah Parung. Kebanyakan santri yang sekolah di sana berasal dari kalangan tidak mampu. Seluruh biaya pendidikan mulai PAUD, TK, SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi para santri dibebaskan atau tidak dipungut biaya.

Hanya saja, syarat untuk belajar di Pondok Pesantren tersebut, santri harus mengikuti jenjang pendidikan hingga selesai di perguruan tinggi. Setelah lulus santri diharapkan dapat mengabadikan diri di pondok pesantren.

Tercatat jumlah santri di Pondok Pesantren tersebut saat ini mencapai 13.000 orang santri. Mereka terdiri dari santri perempuan dan laki-laki. Selain dari Bogor, santri di pondok pesantren ini berasal dari Sabang sampai Merauke.

(KR-LR/I007)

Pewarta: Laily Rahmawati
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2013