Jeddah (ANTARA News) - Sejumlah warga Arab Saudi memutuskan untuk bekerja paruh waktu dalam bisnis musiman selama lebaran untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Di Arab, libur Idul Fitri dimulai pada Sabtu dan hingga 12 Agustus. Liburan tersebut lebih singkat bagi sektor swasta.

Meskipun begitu, banyak bisnis yang berlangsung pada 10 hari terakhir Ramadhan dan Idul Fitri, sebagian warga Arab memilih untuk bekerja saat liburan.

Khaled Bakhshab, petugas keamanan Arab di bank setempat, mengatakan pada Arab News bahwa dia mendapat penghasilan sebanyak 3.500 riyal Saudi (Rp9,6 juta) per bulan. Uang sebanyak itu tidaklah cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

"Setiap tahun, saya bekerja paruh waktu di toko cokelat, di sana saya mendesain keranjang cokelat. Saya mendapat sekitar 3.000 riyal Saudi (Rp8,2 juta) dalam sepuluh hari," katanya.

"Pada awalnya, sulit mempelajari itu, tapi saya berhasil menguasainya setelah berlatih bertahun-tahun."

Menurut Bakhshan, sebagian besar pegawai pemerintahan Arab mencari pekerjaan di bisnis-bisnis kecil yang muncul musimal seperti saat Ramadhan, Idul Fitri, dan musim Haji.

Fadia Al-Mualim, suster di rumah sakit pemerintah, mengatakan dia berencana membuat bisnis kecil saat liburan Idul Fitri untuk mencari nafkah tambahan.

"Saya mendapat gaji 4.000 riyal Saudi (Rp10,9 juta) dari rumah sakit, tapi itu tidak cukup, apalagi saat Idul Fitri. Saya harus membeli baju dan abaya baru, juga emas. Itulah mengapa saya selalu bekerja selama Idul Fitri. Dulu, saya pernah mendesain keranjang cokelat, tapi tahun ini saya memutuskan untuk membuat aksesoris rambut yang akan saya jual di toko abaya milik teman," katanya.

"Rumah sakit memberi gaji lembur bila kami bekerja selama Idul Fitri, tapi hasilnya tidak sebanyak bila saya bekerja sendiri."

Dahi Al-Sughair, teknisi di perusahaan pemerintah, berpendapat pekerjaan paruh waktu merupakan solusi terbaik untuk mendapat uang tambahan demi memenuhi kebutuhan sehari-hari.

"Musim ini bisa dibilang masa yang sulit untuk banyak keluarga, ini musim panas, kami harus bersiap untuk tahun ajaran baru sekolah, Idul Fitri, dan Ramadhan."

"Biaya hidup selama Ramadhan lebih mahal, itulah mengapa kami mencari pekerjaan tambahan," katanya.

"Saya sekarang memanfaatkan mobil untuk mengantarkan perempuan ke mal-mal dan kafe-kafe. Ini bisnis yang menguntungkan saat Ramadhan dimana perempuan sering mengunjungi pusat perbelanjaan."

Al-Sughair sempat enggan melakukan pekerjaan itu, namun kebutuhan finansial tidak memberinya pilihan.

"Saya dulu merasa terlalu malu untuk menjadi supir, tapi sekarang saya tidak punya pilihan. Gaji terlalu rendah, sedangkan inflasi meningkat."

"Bekerja paruh waktu adalah solusi satu-satunya untuk mengatasi masalah keuangan. Temanku menyarankan untuk bekerja seperti ini, dia bilang pekerjaan ini membuahkan hasil 3.000 riyal Saudi (Rp8,2 juta) selama 10 hari terakhir Ramadhan," tutupnya.

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2013