Jakarta (ANTARA News) - Idul Fitri, berdasarkan kesepakatan para ulama memiliki banyak makna, di antaranya adalah kembali pada keadaan berbuka dan kembali pada keadaan suci.

"Setiap Muslim yang usai melaksanakan ibadah Ramadhan, pada Idul Fitri kembali pada keadaan sebelumnya yaitu diperbolehkan makan, minum dan bergaul dengan suami-istri," kata Ustadz Asnawi saat khotbah Idul Fitri di Masjid Jami' Nurul Hidayah, Kalibata, Warung Jati Timur, Jakarta Selatan, Kamis.

Idul Fitri juga bermakna kembali pada keadaan suci. Setiap Muslim yang menjalankan ibadah ramadhan dengan baik akan mendapatkan amaliyah, wasilah dan maghfirah dari Allah laksana bayi yang baru dilahirkan.

Selain dua makna tersebut, Idul Fitri juga memiliki makna kembali pada tauhid atau mengesakan Allah. Ustadz Asnawi mengatakan mengesakan Allah adalah karakter asli setiap manusia.

"Saat ditiupkan ruh di alam kandungan, manusia sudah memiliki perjanjian suci dengan Allah untuk mengesakan-Nya. Idul fitri membawa pesan kepada umat Muslim untuk mengingat kembali perjanjian suci itu dan fitrahnya meyakini agama tauhid," tuturnya.

Shalat Idul Fitri di Masjid Jami' Nurul Hidayah diimami oleh KH Fathul Bari.

Pewarta: Dewanto Samodro
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2013