Brasilia (ANTARA News) - Sekitar 40 orang, semuanya laki-laki, duduk-duduk sambil mengobrol di halaman Mesquita do Centro Islamico do Brasil (Masjid Pusat Islam Brazil) di Brasilia, Rabu sore (Kamis dinihari WIB).

Di masjid yang berdiri di lahan seluas tiga hektare yang hanya berjarak sekitar tiga kilometer dari Stadion Nasional Mane Garrincha itu mereka menunggu waktu berbuka puasa yang jatuh pada pukul 17.52 waktu setempat.

Dengan ramah beberapa anggota jemaah menyapa Antara dan beberapa wartawan yang hendak berbuka puasa di satu-satunya masjid di ibu kota Brasil itu.

"Anda dari Jepang atau Korea?" kata salah seorang anggota jemaah berusia sekitar 50 tahun yang berwajah Timur Tengah sambil menyodorkan gelas berisi beberapa buah korma untuk membatalkan puasa.

Warga Brasil memang sangat familiar dengan wajah orang Jepang dibanding wajah Asia lainnya.

Saat ini ada sekitar 1,5 juta orang keturunan Jepang di Brasil, populasi terbesar keturunan Jepang yang berada di luar negeri Matahari Terbit itu.

Ketika waktu berbuka tiba, imam masjid, Sheikh Muhammad Zidan yang mengenakan jubah serba putih, berdiri di antara mereka yang sedang duduk-duduk dan mengumandangkan adzan magrib, tanpa pengeras suara.

Sejenak, semua terdiam, khusyuk mendengarkan adzan magrib yang tidak dikumandangkan di dalam masjid, tapi di halaman yang tampak asri dengan berbagai jenis pohon.

Setelah mencicipi buah korma dan minuman segar, tibalah saatnya untuk shalat magrib berjemaah. Dari wajahnya, kelihatannya kebanyakan anggota jemaah berasal dari Timur Tengah.

Usai shalat, jemaah menikmati hidangan gratis yang sudah disiapkan di sebuah aula cukup besar di belakang masjid.

Di ruangan sebelah yang berukuran lebih kecil, sekitar 20 perempuan yang rata-rata berwajah Arab juga sedang menikmati hidangan berbuka puasa.


Mulai Berkembang

Meski populasi penduduk Islam masih sangat kecil, hanya sekitar satu juta dari total 200 juta penduduk Brasil, namun gema Ramadhan juga terasa di negara Katholik terbesar dunia itu.

Suasana Ramadhan utamanya bisa dirasakan di masjid-masjid di kota besar seperti Sao Paulo dan Rio de Janeiro yang sedang menerima tamu Piala Dunia 2014.

Sebagian pendukung pesta bola terbesar sejagat itu berasal dari negara berpenduduk mayoritas muslim seperti Iran, Bosnia Herzegovina dan Aljazair.

Sheikh Muhammad Zidan, imam masjid yang berasal dari Mesir, mengatakan, di Brasilia hanya ada sekitar 3.500 warga muslim dan 200-an di antaranya adalah penduduk lokal yang jadi mualaf, dan selebihnya keturunan Timur Tengah seperti Lebanon, Mesir, Aljazair dan Palestina.

"Tapi sekarang terjadi perkembangan yang menggembirakan karena banyak kaum muda, termasuk dari penduduk lokal yang mulai tertarik untuk mendalami Islam," katanya.

Menurut Zidan, dari tahun ke tahun, terjadi peningkatan jumlah orang Brasil yang memeluk agama Islam dan jumlahnya sekarang sudah mencapai sekitar 1,7 juta. Komunitas muslim terbesar terdapat di Sao Paulo dan Rio de Janeiro.

"Brasil adalah negara paling tenang dengan toleransi beragama yang tinggi. Tidak akan terjadi pertengkaran jika ada di antara anggota keluarga yang menjadi mualaf," kata pria berusia sekitar 70 tahun yang sudah 23 tahun menetap di Brasilia itu.

Apa yang disampaikan Muhammad Zidan memang benar, ketika Antara bersiap meninggalkan mesjid, seorang wanita muda berkulit putih berkerudung hitam sedang duduk di halaman depan.

Menurut Ali Murtado, seorang staf Kedutaan Besar Republik Indonesia di Brasilia yang menjadi penerjemah, gadis asli Brasil itu sedang belajar agama Islam dan dalam proses menjadi mualaf.

Namun perempuan berusia sekitar 25 tahun yang wajahnya mirip penyanyi Shakira itu menolak untuk diwawancarai atau pun diajak berfoto bersama.

Tidak lama kemudian, datang lagi seorang perempuan muda, juga warga asli Brasil, dan sedang belajar agama Islam. Ia juga mengenakan kerudung hitam, tapi dipadu dengan rok mini.

Pewarta: Atman Ahdiat
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2014