Jakarta (ANTARA News) - Bunyi sirene tanda kereta lewat, bunyi klakson kendaraan yang tak sabar menunggu sudah menjadi santapan sehari-hari para penjaga palang perlintasan kereta api.

Tak ada kata yang pas untuk menggambarkan tempat bekerja petugas palang perlintasan kereta api. Karena "kantor" petugas perlintasan kereta api hanyalah sepetak bangunan dengan satu meja yang hampir memenuhi seluruh ruangan. Ditambah dengan bangku panjang untuk duduk sekaligus beristirahat jika terkena shift malam.

Setiap jamnya puluhan kereta lewat dan petugas ini memainkan perannya, yakni memastikan palang pintu tertutup sempurna. Selain itu, mengimbau warga sekitar agar tak menyebrang terlebih dahulu.

Omelan para pengguna jalan yang tak sabar menunggu, komplein palang pintu yang "meniban" mobil di bawahnya menjadi santapan sehari-hari. Bahkan salah satu petugas palang pintu, Adi mengaku sudah kebal dengan omelan tersebut.

"Sering kena omelan, tapi ya memang tugas kami mengamankan jalur perlintasan kereta," kata Adi penjaga pintu, Rabu (30/7).

Hari ini Adi mendapt shift 2 yakni bekerja dari pukul 2 siang hingga 9 malam. Petugas palang pintu ini bergantian berjaga dari jam 7 hingga 2 siang (shift 1), sementara shift tiga pukul 9 malam hingga 7 pagi.

Salah satu penjaga palng pintu di daerah Lenteng Agung, Budi mengaku melewatkan shalat ied karena harus bertugas.

"Tahun ini saya tidak kedapetan shalat ied. Karena ini tidak bisa ditinggal, takutnya ada apa-apa gimana," kata Budi. "Jadi mau tidak mau silahturahmi sama  keluarga ditunda."

Walaupun demikian, Budi mengaku keluarganya sudah tahu reskiko dari pekerjaannya.

Tugas penjaga palang perlintasan kereta api yang lain ialah melaporkan jika ada palang yang patah, dan melaporkan kereta yang menyebrang.

"Bulan lalu, ada kecelakaan ibu-ibu yang menerobos. Iya kami disalahkan. Tetapi itu bukan salah kami karena palang perlintasan kereta api, alarm, dan semua fungsi sudah bekerja jadi itu bukan salah kami," kata Adi. (*)

Pewarta: Okta Antikasari
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014