Jakarta (ANTARA News) - Tidak sedikit penelitian dari dunia kedokteran yang menyebutkan bahwa berpuasa selama satu bulan penuh di bulan Ramadhan menjadikan tubuh manusia lebih sehat.

Namun, ada sejumlah organ tubuh yang memiliki efek secara langsung yang disebabkan oleh berpuasa, yakni mulut dan lambung sebagai saluran pencernaan.

Aroma tidak sedap lazim ditemui pada mulut orang yang berpuasa. Dokter gigi Falah Kartikawati menjelaskan bahwa sumber aroma tidak sedap yang dihasilkan oleh mulut dikarenakan rongga mulut yang tidak terjaga kebersihannya.

Selain dari sisa-sisa makanan yang menyangkut dan membusuk, bau mulut juga bisa berasal dari permasalahan lain seperti karang gigi, gigi berlubang, dan masalah sistem pencernaan. Bau mulut bisa menjadi lebih parah ketika rongga mulut kekurangan air ludah (saliva) yang salah satu manfaatnya untuk melembabkan guna mencegah bau mulut.

Falah menganalogikan aroma tidak sedap tersebut seperti kamar mandi. Analoginya kalau kamar mandi bersih seperti hotel bintang lima, mau basah atau kering tetap wangi. Sebaliknya, kalau kamar mandinya sudah bau saat basah, apalagi waktu kering.

Aktivitas mengunyah yang menurun saat berpuasa menyebabkan kelenjar ludah memproduksi sedikit saliva. Selain itu, kurangnya asupan cairan di siang hari juga memaksa tubuh membagi-bagi air secara merata ke seluruh tubuh yang menyebabkan pengurangan air ludah yang kompoisisnya 98 persen air dan 2 persen sisanya campuran berbagai zat.

Falah menjelaskan, beberapa hal yang perlu diberi perhatian lebih untuk mencegah bau mulut saat berpuasa ialah dengan lebih banyak mengonsumsi air putih, menghindari makan makanan berbau tajam, dan membersihkan karang gigi yang biasa disebut scaling sebelum berpuasa bila memungkinkan. Tidak lupa juga untuk menjaga kebersihan dengan menyikat gigi setelah sahur dan sebelum tidur disertai membersihkan sela-sela gigi dengan benang gigi.

Sebanyak 98 persen bau mulut disebabkan oleh teknis. Mau sikat gigi dengan pasta gigi dilanjutkan dengan obat kumur tetap saja akan bau kalau masih ada sisa makanan atau gigi berlubang.

Falah yang merupakan dokter Spesialis Kedokteran Gigi Anak tersebut juga menyinggung nyeri di gigi yang terasa saat terkena air dingin, yang biasanya ditemui saat berbuka puasa.

Menurut dia, 52 persen orang Indonesia mengalami keadaan yang disebut dentin hipersensitif itu, yaitu nyeri pendek dan tajam pada dentin yang terbuka

Penyebab utama gigi sensitif adalah abrasi gigi, yaitu turunnya gusi dari posisi yang seharusnya sehingga menyebabkan dentin yang seharusnya tidak terekspos menjadi terbuka. Dentin itulah yang menyebabkan nyeri apabila terkena air dingin.

Penanganan utama masalah tersebut ialah dengan memperbaiki cara menyikat gigi dengan benar agar gigi tidak abrasi. Setelah itu baru menggunakan pasta gigi sensitif hingga posisi gusi kembali seperti semula.

Sistem Pencernaan

Selain bau mulut, rasa pedih dan nyeri sering dirasakan pada lambung saat seseorang sedang berpuasa. Wajar saja karena tubuh membutuhkan waktu 6-8 jam untuk mengosongkan lambung dari makanan yang seharusnya segera diisi kembali.

Dokter Spesialis Penyakit Dalam Maulana Suryamin menjelaskan apabila lambung tidak diisi makanan ketika kosong akan menyebabkan gejala sakit maag seperti kembung, mual, perih, nyeri dikarenakan asam lambung yang meningkat ditambah udara dari mulut.

Sedangkan waktu berpuasa seseorang sejak sahur hingga tenggelam matahari bisa 13 hingga 14 jam. Bagaimana kondisi lambung jika seperti ini? Menurut Maulana, Allah sudah menciptakan tubuh manusia sedemikian rupa. Lambung dengan sendirinya akan beradaptasi

Selama masa adaptasi inilah yang terkadang dirasakan mual dan nyeri ringan pada orang yang berpuasa di awal-awal bulan Ramadhan. Berdasarkan penelitian, masa adaptasi tersebut bervariasi setiap orang, paling lama tujuh hari.

Maulana menyarankan orang yang berpuasa segera menghubungi dokter apabila sudah lebih dari seminggu rasa nyeri itu masih juga dirasakan.

Dia menyarankan untuk tidak mengonsumsi makanan dan minuman yang bisa menimbulkan gejala sakit maag di hari berpuasa. Beberapa di antaranya adalah sayuran dan buah mengandung gas seperti kol, sawi, durian, nangka, dan kedondong sebagai buah yang memiliki serat tertentu. Minuman yang mengandung gas seperti soda juga harus dihindari ketika berbuka puasa.

Selain itu, Maulana juga menyebut makanan dan minuman yang merangsang pengeluaran asam lambung juga sebaiknya dihindari seperti kopi, alkohol, anggur putih, sari buah sitrus, dan susu full cream. Maulana menyarankan untuk menghindari konsumsi susu full cream karena sulit dicerna oleh lambung sehingga memakan waktu lebih lama untuk pencernaan.

Makanan yang memperlambat pengosongan lambung dan memproduksi asam juga sebaiknya dihindari seperti makanan berlemak, kue tar, cokelat, keju, permen karet, dan rokok.

Makanan yang secara langsung merusak lambung sebaiknya dijauhi selama berpuasa seperti makanan mengandung cuka, pedas, dan merica.

Dia menjelaskan makanan tersebut bukan tidak boleh dimakan, namun sebaiknya dihindari selama berpuasa.

Direktur Utama Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Persahabatan dr Mohammad Ali Toha menyebutkan bahwa berpuasa di bulan Ramadhan banyak memberikan manfaat untuk kesehatan. Ali Toha menjelaskan penelitian di Amerika Serikat yang menyebutkan bahwa berpuasa menurunkan kadar insulin dalam tubuh yang kemudian meningkatkan "human growth hormon" atau hormon yang menunda penuaan.

Selain menjaga asupan gizi dari makanan yang dimakan selama berpuasa, dia juga mengingatkan untuk tetap memenuhi kebutuhan air putih yang diperlukan tubuh. Dia menyebut kebutuhan air yang diperlukan tubuh ialah 30 cc dikalikan berat badan tubuh.

Ali Toha juga menyarankan agar seseorang yang berpuasa tidak membatasi aktivitas. Menurut dia, aktivitas yang dikurangi atau memanjakan tubuh saat berpuasa malah akan membuat tambah lemas. Bahkan akan lebih baik apabila ditambah dengan olahraga di sore hari serta mengatur waktu tidur yang cukup.

Apa yang memang diwajibkan dan dianjurkan dalam Al Quran dan hadits terbukti memiliki bermacam hal positif untuk kesehatan tubuh. 

Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2016