Jakarta (ANTARA News) - "Manusia Patung" atau orang yang berakting diam dengan berbagai kostum hadir menghibur ratusan pemudik yang berada di ruang tunggu tambahan Taman Terminal Kalideres, Jakarta.

"Beberapa fasilitas tambahan memang harus wajib dihadirkan untuk para penumpang mudik, termasuk segala sarana di ruang tunggu Taman Terminal Kalideres," kata Kepala Terminal Kalideres Revi Zulkarnain ketika ditemui Antara di ruang kerjanya di Terminal Kalideres, Jakarta, Senin.

Manusia patung tersebut berwarna emas kusam dengan berakting layaknya pejuang kemerdekaan yang memanggul senjata. Bagi siapapun yang mendekat atau berfoto maka manusia patung tersebut akan bergaya serius layaknya pejuang perang, sehingga menarik untuk dijadikan obyek foto.

Beberapa pengunjung terlihat antre bergantian untuk berfoto bersama manusia patung.

Menurut Anita, salah satu pemudik tujuan Jawa Tengah mengatakan, hal tersebut cukup menghibur penumpang yang sedang menunggu busnya datang. Ia juga sempat melakukan swafoto bersama manusia foto tersebut bersama dengan kerabatnya.

Sementara itu, puncak arus mudik di Terminal Kalideres, Jakarta Barat, diperkirakan sudah terjadi pada Sabtu (2/7) malam atau H-4 dengan 3.391 penumpang yang berangkat, atau naik 328 persen dibanding hari reguler di luar Ramadhan dan Lebaran.

Meskipun naik tinggi, tapi dibandingkan arus mudik tahun lalu, terjadi penurunan.

Rincian data pada H-4 sebelumnya, mayoritas penumpang atau sebanyak 862 orang berangkat ke Jawa Tengah. Sedangkan, 800 penumpang lainnya berangkat menyebrangi Pelabuhan Merak, menuju Sumatera. Kemudian, sebanyak 738 penumpang menuju Jawa Timur dan 608 penumpang bertolak ke Banten.

Sebagian besar penumpang, berangkat pada siang menjelang malam. Pada puncak arus mudik kemarin, sebanyak 1621 penumpang atau 50 persen dari total penumpang pada H-4 berangkat dari Kalideres pada pukul 13.00 WIB hingga 19.00 WIB.

Jika dibandingkan hari biasa di luar Ramadhan dan Lebaran, jumlah penumpang yang berangkat meningkat 200-300 persen pada arus mudik ini.

Pewarta: Afut Syafril
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2016