Kendal, Jawa Tengah (ANTARA News) - Mudik atau berbondong-bondong kembali ke tanah kelahiran ketika lebaran sudah menjadi budaya di masyarakat Indonesia. Di tanah Jawa khususnya merupakan salah satu yang memiliki arus lalu lintas paling padat. Berbagai upaya dilakukan pemerintah untuk menanggulangi kemacetan yang bakal timbul di berbagai ruas jalan.

Salah satu upaya tersebut adalah memfungsikan ruas tol yang dapat dilalui dalam keadaan darurat. Tol tersebut memiliki gerbang di kawasan Brebes, Jawa Tengah, di mana setiap tahun titik ini adalah paling rawan kepadatan arus lalu lintas.

Pada arus mudik tahun 2016, kemacetan di pintu Tol Brebes Timur atau yang kini sering disebut Brebes Timur Exit (Brexit) masih menjadi permasalahan.

Bahkan pada 2016, ada dugaan bahwa beberapa pemudik tewas akibat dampak kemacetan luar biasa yang terjadi di Brexit. Namun akibat adanya tol darurat atau disebut sebagai Jalan Tol Fungsional (JTF) yang menghubungkan antara Brebes hingga Gringsing, lalu lintas kawasan tersebut hingga H-2 lebaran masih terpantau ramai lancar. Ketakutan akan terulangnya kemacetan hingga lumpuh total pada 2016 tidak terjadi.

Fakta Tol Fungsional Brebes
Berdasarkan data dari Kementerian Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) yang diterima Antara, JFT Brebes-Gringsing memiliki panjang 110 km. Tol darurat tersebut terbagi tiga ruas tol, pertama Brebes Timur hingga Pemalang, kedua Pemalang hingga Kabupaten Batang dan ketiga adalah Batang hingga Semarang. Setiap ruas memiliki seksi yang terbagi dalam beberapa jarak:



A. Brebes Timur - Pemalang

Seksi 3 Brebes Timur- Tegal 10,40 km

Seksi 4 Tegal - Pemalang 26,90 km

B. Pemalang - Batang

Seksi 1 Pemalang - Pekalongan 23,30 km

Seksi 2 Pekalongan - Batang 15,90 km

C. Batang - Semarang

Seksi 1 Batang - Batang Timur 3,20 km

Seksi 2 Batang Timur - Weleri 36,35 km

Seksi 3 Weleri - Kendal 11,05 km

Seksi 4 Kendal - Kaliwungu 13,5 km

Seksi 5 Kaliwungu - Ngaliyan (Semarang) 7,90 km



Jika digabungkan dengan jarak hingga Ngaliyan, maka total jaraknya JTF adalah kurang lebih 145 km. Pada dasarnya jalan tol tersebut belumlah selesai dan layak beroperasi, namun bisa dilewati kendaraan bermotor roda dua dengan berbagai syarat. Persyaratan JTF tersebut adalah pertama dapat dilintasi kendaraan dalam dua lajur (satu arah) untuk arus mudik maupun arus balik

Kedua bagi kendaraan yang melewati jalan tersebut kecepatan maksimal adalah 40 km, sebab kondisi jalan masih berupa lantimbunan ditambah dengab leanconcrete (betontebal 10 cm).

Struktur tersebut terdiri jembatan juga, sudah selesai atau jembatan sementara dapat untuk dua lajur.

Selanjutnya pintu keluar akan dihubungkan sementara pada jalan nasional atau jalan provinsi. Rambu masih sementara berupa stiker mata kucing dan patok pembatas jalan.

Penerangan Jalan Umum (PJU) hanya tersedia di beberapa lokasi antara lain rest area, pintu keluar sementara dan

gerbang tol.

Lahan kosong disediakan untuk istirahat (rest area sementara) di beberapa lokasi sesuai kebutuhan. Pemasangan patok dengan reflektor terdapat pada sisi kiri dan kanan jalur fungsional dengan jarak antara kurang lebih 25 meter.

Jalur fungsional ini hanya untuk kendaraan roda empat (pribadi), tidak untuk kendaraan truk, bis dan roda dua

Kemudian Jalur Fungsional direkomendasikan untuk digunakan pada pagi hingga sore hari (pukul 06.00 sampai dengan 18.00 wib.

Sementara itu, Kadivhumas Polri Irjen Pol Setyo Wasisto meminta para pemudik pengguna jalur tol fungsional Brebes-Gringsing tidak melarikan kendaraannya dengan kecepatan lebih dari 40 kilometer per jam.

"Dalam menggunakan tol tersebut, agar kecepatan jangan melebihi 40 kilometer per jam," kata Irjen Setyo.

Pasalnya ketebalan beton pada jalur tersebut tipis sehingga pengemudi harus lebih berhati-hati.�

�� "Ketebalan beton hanya 10 sentimeter, lebar tol tujuh meter, panjang tol 110 kilometer," katanya.

Selain itu, pengemudi juga diharapkan tidak saling mendahului di tol tersebut karena kondisi jalannya berdebu sehingga bisa mengganggu pandangan pengemudi bila kecepatan kendaraan dipacu tinggi.

"Di sana banyak debu. Jangan menyalip karena mengganggu pandangan," katanya.

Setyo menambahkan bila pemudik menggunakan tol fungsional pada malam hari, diharapkan lebih berhati-hati karena belum ada lampu penerangan permanen di sana.

"Rawan kalau di malam hari, lampu yang ada lampu portabel, bukan lampu permanen," katanya.



Komentar Pengguna

Sudah H-1 para pemudik banyak yang sudah melewati JTF tersebut. Kantor Berita Antara mewawancarai para pengguna yang sudah melewati jalan tersebut. Beragam komentar timbul baik yang mendukung dan masih memberikan kritikan.

Ayos, salah satu pemudik berasal dari Jakarta menuju Magelang sudah mencoba jalan tersebut. Ayos berkomentar bahwa sebenarnya secara struktur jalan tersebut belum layak untuk dilewati.

"Wah jalannya masih parah, banyak pasir, debu tebal kalau cuaca kering dan berbahaya ketika hujan, ditambah lagi tidak ada penerangan, gelap," kata Ayos.

Namun ketika memberikan komentar Ayos juga mendukung langkah dibukanya JTF ini. Menurutnya secara fungsi memang membantu, mampu menguraikan kemacetan yang biasa terjadi di Brebes.

"Lebih mendinglah setelah adanya JTF ini, daripada tidak ada bisa-bisa seperti kejadian tahun lalu, lumpuh total Brebes," katanya.

Kemudian pendapat lainnya dari Jono, menggunakan mobil pribadi bersama rekannya menuju Solo. Jono berkomentar bahwa tol fungsional tersebut sangat membantu mengurai kemacetan.

"Saya setiap tahun mudik dengan kendaraan pribadi, saya selalu trauma dan was-was di Brebes, tapi tahun ini ternyata tidak seperti yang dikhawatirkan, tol ini mampu mengurai. Walau antrean lajur tetap padat namun tidak seburuk tahun lalu," kata Joni.

Namun ia memberikan imbauan lain kepada pemudik yang melewati lajur ini untuk hati-hati, sebab sambungan jalan antar beton masih tajam, berbahaya bagi ban mobil jika keadaan ban sudah aus. Selain itu, angin yang bertiup kencang membuat debu beterbangan, sebaiknya selalu tutup kaca pintu mobil. Kemudian tanah masih labil, mudah longsor.

Angga, juga pemudik dari Jakarta, bahkan rela menunggu sejak dini hari agar bisa melewati tol tersebut.

"Saya sampai di gerbang tolnya jam 01.00 wib dini hari. Tapi sudah ditutup, dibuka lagi jam 06.00 wib pagi, tapi saya tunggu saja sekalian istirahat, karena ingin mencobanya, kapan lagi kan," katanya. 

Pewarta: Afut Syafril
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2017