Jakarta (ANTARA) - Beyonce terluka mendengar kabar pembunuhan pria kulit hitam George Floyd oleh seorang petugas kepolisian Minnesota, Amerika Serikat.

"Kita semua menyaksikan pembunuhan di siang bolong," kata bintang berusia 38 tahun itu lewat sebuah video di akun Instagram dia pada Sabtu (30/5).

"Kita semua terluka dan jijik," kata pelantun "Freedom" itu melanjutkan.

"Kita tak bisa menormalisasi rasa sakit. Aku tak hanya bicara mewakili orang kulit berwarna. Kalau kau berkulit putih, hitam, cokelat atau apa pun di antaranya, aku yakin kau merasa tak berdaya dengan rasisme yang kini berlangsung di Amerika. Sudah cukup pembunuhan tak berperikemanusiaan. Sudah cukup memandang orang kulit berwarna bukan sebagai manusia utuh. Kita tak lagi bisa berpaling," kata dia.

Baca juga: Gaun Beyonce, Jlo sampai Julia Roberts akan dilelang untuk amal

Baca juga: Lady Gaga dan Beyonce buka konser "One World: Together at Home"


Dia lantas mengatakan bahwa George Floyd adalah keluarga, karena sesama orang Amerika.

"Sudah terlalu sering kita melihat pembunuhan kejam ini dan tidak ada konsekuensi. Ya, seseorang telah dituntut tetapi keadilan masih jauh dari tercapai."

Video itu kini sudah ditonton oleh hampir 6 juta pengguna Instagram.

Polisi Derek Chauvin ditangkap Jumat dan didakwa melakukan pembunuhan berlapis yakni tingkat tiga dan pembunuhan, kata otoritas setempat.

Tiga polisi lain yang berada di tempat kejadian dipecat bersama Chauvin, tetapi belum didakwa atas tuduhan apa pun.

Sebelumnya viral beredar petugas polisi Derek Chauvin menindih George Floyd di leher menggunakan lutut sampai Floyd meninggal dunia kehabisan napas.

Jaksa menulis bahwa Chauvin menindih leher Floyd selama 8 menit dan 46 detik. Plus 53 detik setelah Floyd tak bergerak.

Catatan itu juga mengatakan bahwa petugas polisi menghampiri Floyd saat sedang menyelidiki kemungkinan penggunaan uang kertas palsu yang dilakukan Floyd senilai 20 dolar AS (sekira Rp293.035).

Floyd mematuhi perintah petugas polisi untuk keluar dari mobil dia namun tidak secara "sukarela" mematuhi aturan masuk ke mobil polisi.

Floyd berulang kali berkata, "Saya tidak bisa bernapas," dia juga berkata, "Mama," dan "Tolong," selama waktu tersebut.

Akhirnya, seorang petugas polisi Thomas Lane bertanya, "Perlukah kita menggulingkannya? Chauvin menjawab, "Tidak, tetap di tempat kita mengekangnya."

Lane berkata, "aku khawatir soal gangguan delirium."

Delirium adalah kondisi di mana para petugas kepolisian terlibat dalam kematian orang yang ditangkap.

Jaksa juga mencatat, "tidak ada dari tiga petugas polisi lainnya yang bergerak dari posisi mereka."

Pihak jaksa juga menulis bahwa hasil otopsi menunjukkan tidak adanya temuan fisik yang mendukung diagnosis asphyxia traumatik atau pencekikan.

Mereka mengatakan Floyd punya kondisi penyakit bawaan seperti arteri koroner dan sakit jantung juga hipertensi yang mana tindakan petugas yang menindih leher Floyd dengan lutut berkontribusi atas kematian pria asal Houston itu.

Baca juga: Lady Gaga tunda perayaan album "Chromatica" akibat peristiwa Minnesota

Baca juga: Polisi Minneapolis ditangkap, dituntut pembunuhan atas George Floyd

Baca juga: Kepolisian Minneapolis minta maaf kepada keluarga George Floyd

Penerjemah: Ida Nurcahyani
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2020