kerusakan akibat bencana gempa bumi sekitar 924 bangunan
Blitar (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Blitar, Jawa Timur, menaksir kerugian akibat gempa bumi dengan magnitudo 6,1 yang melanda pada Sabtu (10/4) mencapai Rp6,5 miliar.

"Nilai kerugian mencapai Rp6,5 miliar. Ini taksiran. Untuk data kerusakan akibat bencana gempa bumi kurang lebih 924 bangunan rumah warga dan fasilitas umum," kata Kepala Pelaksana Harian (Kalakhar) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Blitar Achmad Cholik di Blitar, Kamis.

Hingga kini, BPBD Kabupaten Blitar juga terus melakukan perbaikan data. Hal itu untuk memastikan data sebelum dikirim ke Provinsi Jatim untuk pengajuan bantuan stimulan kepada BNPB.

Sesuai dengan yang dikatakan oleh Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa yang menindaklanjuti informasi dari BPNP saat berkunjung ke Kabupaten Blitar, bahwa untuk bangunan yang terkena gempa bumi dengan kondisi rusak berat mendapatkan stimulan bantuan Rp50 juta, rusak sedang Rp25 juta dan rusak ringan Rp10 juta.

Pendataan dilakukan baik rumah warga maupun fasilitas umum. Petugas memantau dengan pasti tingkat kerusakan akibat gempa bumi tersebut apakah bangunan rusak ringan, sedang atau berat.

Baca juga: Gubernur Jatim minta warga ikut validasi kerusakan bangunan pascagempa

Baca juga: Pemkab Blitar libatkan semua unsur benahi bangunan rusak akibat gempa


Selain diajukan untuk mendapatkan bantuan stimulan dari pusat, Pemerintah Kabupaten Blitar juga berencana memberikan bantuan kepada warga yang terdampak bencana. Bantuan itu ada yang berupa uang dan ada bahan pokok.

Untuk bantuan berupa uang, kata dia, sesuai dengan peraturan daerah warga yang rumahnya rusak ringan mendapatkan bantuan Rp1 juta, rusak sedang Rp2 juta, dan rusak berat Rp4 juta. Namun, untuk bantuan berupa uang tersebut juga masih pendataan termasuk warga yang berhak memperolehnya.

Sedangkan bantuan berupa bahan pokok, rencananya akan didistribusikan pada pekan depan. Saat ini, bantuan berupa bahan pokok sudah terkumpul di gudang dan tinggal pendistribusian ke lokasi bencana. Bantuan itu misalnya beras dan beberapa komoditas untuk kebutuhan mereka.

"Bantuan sosial dari dinas sosial. Bantuan itu tetap untuk masyarakat yang terkena dampak. Diberi beras agar uangnya bisa beli yang lain daripada beras," kata dia.

Mbah Darmo, salah seorang warga terdampak gempa bumi di Desa Tepas, Kecamatan Kesamben, Kabupaten Blitar, mengaku hingga kini bantuan dari pemerintah memang belum diterimanya. Rumahnya rusak parah dan kini tinggal bersama keluarga yang lain.

"Dari tetangga ada bantuan. Ini rumahnya juga rusak, jadi tidur pun di rumah saudara," kata dia.

Mbah Darmo (90) mengatakan saat kejadian, ia sedang di luar rumah, memberi makan kambing peliharaannya. Begitu ada gempa bumi, ia kaget namun hanya diam saja.

Saat itu, istrinya juga sedang di luar rumah membersihkan rumput, sedangkan di dalam rumah juga ada cucunya. Namun semuanya selamat hanya rumahnya yang kini rata dengan tanah.

Begitu juga dengan Makroni (55). Rumahnya juga rusak. Saat kejadian, ia sedang di luar rumah sedangkan istrinya masih di dalam rumah. Istrinya sempat hendak lari ketika gempa terjadi. Pintu rumah sempat sulit dibuka saat gempa.

"Istri di dalam rumah, saat kejadian buka pintu agak sulit. Begitu gempa reda, baru bisa ditarik pintu rumahnya. Ini rumah juga retak, plafon berjatuhan. Ini sulit jika diperbaiki, jadi mungkin akan dirobohkan," kata Makroni. 

Baca juga: Ruang perawatan RSUD Mardi Waluyo Blitar rusak imbas gempa bumi

Baca juga: Warga Blitar panik dan berlarian akibat gempa 6,3 SR

Pewarta: Asmaul Chusna
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2021