Banyak orang kini berdebar-debar menunggu telepon dari Cikeas. Ini karena dalam beberapa hari ke depan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono akan mengadakan uji kelayakan calon menteri. Konon, untuk mengisi 34 pos menteri, sudah lebih seratus nama dari
Banyak orang kini berdebar-debar menunggu telepon dari Cikeas. Ini karena dalam beberapa hari ke depan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono akan mengadakan uji kelayakan calon menteri. Konon, untuk mengisi 34 pos menteri, sudah lebih seratus nama dari partai politik maupun profesional masuk ke Cikeas.

Siapa tokoh yang nanti terpilih? Siapa pun mereka, tentu Pak SBY memutuskan dengan segala pertimbangan. Apalagi periode kedua ini adalah kerja keras dan hasil. Ini mestinya buah yang rindang dari berbagai pembenahan, cuci piring, dan penataan yang dilakukan pada periode pertama lalu; menjadi sejarah yang akan terus dikenang. 

Dalam situasi seperti itu, kabinet kali ini tentulah lebih tangguh dan berkualitas. Ia tidak atas dasar terima kasih dan berbagi, tapi karena keahlian. Dalam zaken kabinet, dari mana pun asal calon menteri – partai politik atau non-partai – pilihan utama haruslah karena keahlian dan integritas.

Parpol dapat mengusulkan banyak calon, namun pilihan ditentukan atas dasar bidang keahlian calon, bukan karena jatah apalagi desakan. Dengan demikian, komposisi kabinet semestinya tidak lagi dibatasi oleh jumlah dan persentase, melainkan kebutuhan.

Selain kerja keras dan hasil maksimal, kabinet kali ini membawa misi strategis, sebagai jembatan untuk menyiapkan peralihan generasi. Di DPR peralihan generasi itu sudah terjadi. Tokoh-tokoh muda kelahiran 60-an secara alamiah menempati posisi-posisi penting di parlemen, di antaranya Anas Urbaningrum, Muhaimin Iskandar, Priyo Budi Santoso, Anis Matta, dan sejumlah nama besar lain.

Generasi yang lahir dalam situasi ekonomi yang relatif stabil, berpendidikan baik, dan bergerak di kampus dalam ruang politik yang sempit ketika itu, juga mencatat nama-nama yang kini menempati posisi-posisi penting, di antaranya Gumilar R Soemantri, Andi Malarangeng, Dino Patti Jalal, Jumhur Hidayat, Anies Baswedan, Sandiaga Uno, Tifatul Sembiring, Emirsyah Sattar, M Chatib Basri, M Lutfi, Erick Thohir, dan sejumlah nama lainnya. Merekalah nantinya, setelah 2014, akan memainkan peran di republik ini.

Secara alamiah, peralihan generasi itu terjadi. Dan, bangsa ini memerlukan semakin banyak tokoh-tokoh muda yang tangguh dan berkarakter. Semakin banyak tokoh-tokoh muda itu, semakin banyak pilihan untuk hari esok bangsa besar ini, bangsa yang terus bergerak mencapai cita-cita besarnya.

Dan, kini Pak SBY memiliki banyak pilihan untuk mengisi pos-pos menteri – baik dari kalangan partai politik maupun non-partai. Semakin banyak pilihan, semakin mudah mencari tokoh-tokoh yang tepat, tidak seperti mencari jarum di jerami. Dan, bagi tokoh-tokoh muda itu, posisi menteri tentu bukan satu-satunya ladang pengabdian. Bangsa ini memiliki sangat banyak ladang pengabdian, dan ladang itu memerlukan banyak tokoh dengan integritas pribadi yang kuat.

Bangsa ini memerlukan mereka, seperti taman memerlukan bunga-bunga, memerlukan air, pohon, dan rerumputan hijau. (*)

Oleh Asro Kamal Rokan
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009