Swiss mengikuti Piala Dunia untuk yang kesembilan kalinya, dan kali ini pelatih Ottmar Hitzfeld serta pasukannya tidak mau hanya menjadi penggembira.

Mantan pelatih Borussia Dortmund dan Bayern Munich ini mengambilalih pimpinan setelah Swiss tampil buruk di Piala Eropa 2008.

Pada Piala Dunia sebelumnya di Jerman, Swiss mencapai enambelas besar dan tersingkir dari Ukraina dalam drama adu penalti.

Swiss diisi campuran darah muda dan pemain berpengalaman. Pemain muda berbakat seperti Eren Derdiyok, Tranquillo Barnetta dan kiper Diego Benaglio akan bahu membahu dengan Alexander Frei dan Blaise N'Kufo yang berpengalaman.

Frei adalah pencetak gol terbanyak di tim nasional. Penyerang Basel itu menyarangkan lima gol selama babak penyisihan. Dia dipercaya mengenakan ban kapten.

N'Kufo masuk tim nasional pada 2000. Penyerang kelahiran Kinshasa, Republik Demokratik Kongo, itu adalah penyerang yang produktif, sementara Barnetta mulai mencuri perhatian ketika tampil di Piala Dunia 2006.

Gelandang Bayern Leverkusen itu masuk nominasi pemain muda terbaik, sejajar dengan Cristiano Ronaldo, Lionel Messi, Cesc Fabregas, dan sang pemenang Lukas Podolski.

Barnetta memiliki kecepatan dan kelihaian. Pemain berusia 24 tahun ini bisa bermain baik sebagai gelandang serang maupun gelandang sayap.

Pasukan Hitzfeld berharap, setidaknya mengulangi prestasi yang mereka raih pada Piala Dunia 1934, 1938, dan 1954. Saat itu Swiss mampu mencapai perempatfinal.

Negeri ini kurang beruntung saat babak penyisihan Piala Dunia 2010, setelah hanya mampu menahan imbang Israel dan dipukul Luksemburg 2-1. Kekalahan itu sangat memalukan Swiss.

Swiss lalu bangkit dan menang terhadap Latvia, Yunani dan Moldova, serta menahan imbang Latvia 2-2. Swiss juga membalas kekalahannya dari Luksemburg. Mereka akhirnya menjuarai Grup 2 Eropa dan berhak atas tiket ke Afrika Selatan.

Hitzfeld sendiri tidak asing dengan Swiss. Dia pernah merumput di beberapa klub Swiss, yaitu Basel, Lugano, dan Lucerne.

Mantan pemain amatir Jerman yang pernah bermain di Olimpiade 1972 ini adalah salah satu pelatih paling sukses dan dihormati di Eropa.

Dia juga menjadi salah satu pelatih yang mengantar dua klub berbeda --Borrusia Dortmund dan Bayern Munich-- menjadi juara Liga Champion.

"Jika ayah saya tahu saya akan sukses sebagai pelatih Swiss, bukan sebagai pelatih Bayern Munich atau Dortmund, dia akan sangat gembira. Ini adalah tempat yang kami sebut rumah," kata Hitzfeld seperti dikutip fifa.com. (*)

(neny/A038/AR09)

Editor: Imansyah
Copyright © ANTARA 2010