Surabaya (ANTARA News) - Gubernur Jawa Timur Soekarwo membantah pemanggilan dirinya oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berkaitan dengan tawaran jabatan menteri menyusul rencana perombakan susunan Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II.

"Saya dipanggil Presiden untuk memberikan penjelasan terkait program ketahanan pangan," kata Soekarwo saat ditemui di Gedung Negara Grahadi, Jalan Gubernur Suryo, Surabaya, Selasa.

Menurutnya, pertemuannya dengan Presiden di Jakarta, Minggu lalu (3/10) sama sekali tidak menyinggung soal menteri dan rencana "reshuffle" kabinet.

"Presiden hanya membahas masalah ketahanan pangan terkait perubahan musim. Hal ini menjadi penting karena Jatim mampu memasok 40 persen kebutuhan pangan nasional," katanya.

Demikian halnya dengan tingkat pertumbuhan ekonomi di Jatim juga menjadi perhatian serius Presiden RI kelahiran Pacitan itu.

Soekarwo mengaku pertemuan tersebut berlangsung tertutup dan hanya empat mata dengan Presiden.

"Tadinya ada seorang lagi, tapi yang satu keluar dari ruang pertemuan. Kemudian setelah kami berdua makan tahu pong, ada dua orang pejabat lagi. Jadi, kami berempat," katanya mengungkapkan peristiwa dua hari lalu itu tanpa bersedia menyebutkan nama pejabat yang mendampingi Presiden itu.

Ia tak menganggap pertemuan empat mata dengan Presiden itu sebagai hal yang istimewa.

"Sudah sering saya dipanggil Presiden secara mendadak seperti itu," katanya di sela-sela menunggu kunjungan Duta Besar Slowakia untuk RI di Grahadi itu.

Namun, dia mengakui pembahasan soal ketahanan pangan itu tergolong serius. "Ini terkait dengan politik kita. Jadi, wajar jika saya dipanggil mendadak. Apalagi pertumbuhan ekonomi dan GDP Jatim juga cukup bagus," katanya.

Mengenai kesediaannya menjadi salah satu menteri dalam jajaran Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II, Soekarwo tidak menjawab jelas.

"Bagi saya, jadi Gubernur Jatim juga membantu tugas Presiden sebagai wakil pemerintah pusat di daerah," kata Soekarwo yang dilantik menjadi Gubernur Jatim bersama Wagub Saifullah Yusuf pada 12 Februari 2009 itu.

Usai pertemuan, kata Gubernur, dia diminta Presiden untuk mencek sejumlah daerah yang terserang hama sehingga merusakkan tanaman pertanian.(*)

M038/AR09

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010