Seoul (ANTARA News) - Pertemuan puncak Kelompok G20 mendatang di Seoul akan perlu untuk membahas sengketa internasional mengenai nilai tukar mata uang, kata Presiden Korea Selatan Lee Myung Bak, Kamis.

"Ada peningkatan kekhawatiran karena perekonomian dunia (saat ini) menghadapi ketidakpastian. (sehingga) Sekarang adalah waktu yang tepat bagi dunia untuk bekerja sama," kata Lee dalam sebuah pertemuan dengan sekelompok pakar ekonomi internasional.

"Dalam hal ini, pertemuan puncak G20 di Seoul memiliki sejumlah topik bahasan yang belum selesai, termasuk diantaranya mengenai nilai tukar, yang memerlukan koordinasi internasional," menurut kantor presiden yang mengutip Lee Myung Bak.

Setiap upaya proteksionisme pada saat pemulihan perekonomian hanya akan memperburuk kondisi perekonomian global, katanya, tanpa menjelaskan lebih lanjut apakah ia menginginkan pembahasan pada pertemuan puncak Kelompok G20 yang akan dilakukan pada 11-12 November, akan dititikberatkan pada nilai tukar yuan, China.

Washington menuduh Beijing mempertahankan nilai tukar yuan-nya dalam posisi rendah, untuk membuat ekspor negara itu lebih kompetitif.

Parlemen bulan lalu memilih untuk memperluas kekuasaan pemerintah untuk menerapkan tarif atas manipulasi mata uang.

Para pemimpin Uni Eropa (UE), Rabu, juga mengintensifkan tekanan terhadap China, dan mendesak Perdana Menteri China Wen Jiabao untuk menaikkan nilai tukar yuan selama pertemuan puncak di Brussels.

"Kami menekankan bahwa reformasi struktural di Eropa dan di China sangat penting, dan menyoroti peran dari nilai tukar yang tepat," kata Presiden Uni Eropa Herman Van Rompuy dan ketua Komisi Eropa Jose Manuel Barroso dalam sebuah pernyataan bersama.

Menteri Keuangan Lee Myung Bak, Yoon Jeung Hyun bulan lalu mengatakan bahwa tidak layak bagi para pemimpin negara-negara Kelompok 20 perekonomian utama dunia untuk membahas nilai tukar mata uang sebuah negara tertentu.

Namun dia mengatakan bahwa pertemuan Kelompok G20 di Seoul dapat menyiapkan forum bagi konsultasi terkait pendekatan umum terhadap kebijakan mata uang atau dampaknya terhadap perekonomiam global.(*)

AFP/G003/B002

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010