Khartoum (ANTARA News/AFP) - Militer Sudan menyatakan menguasai sebuah sektor penting di Darfur dari gerilyawan dalam pertempuran Kamis yang bertepatan waktunya dengan kunjungan utusan Dewan Keamanan PBB ke wilayah yang dilanda perang itu.

"Hari ini, pukul 10.00 (pukul 14.00 WIB), angkatan bersenjata menyerang posisi-posisi Tentara Pembebasan Sudan kubu Abdelwahid Nur di Suni, Jebel Marra timur," kata juru bicara Sawarmi Khaled Saad kepada AFP.

Pasukan mengendalikan sebuah jalan menuju daerah yang dikuasai oleh gerilyawan, katanya, dengan menambahkan bahwa tujuh gerilyawan tewas dan tiga prajurit cedera dalam pertempuran itu.

Jebel Marra menjadi ajang pertempuran hebat dalam 10 hari terakhir.

Gerilyawan mengkonfirmasi terjadi bentrokan namun membantah kehilangan daerah Suni.

"Militer membom kami dengan pesawat-pesawat Antonov... Pasukan kami tidak berada di kota Suni namun di sekitarnya," kata juru bicara Ibrahim al-Hillu.

"Utusan Dewan Keamanan berada di Darfur. Kami meminta mereka pergi ke daerah-daerah dimana terjadi pertempuran dan mengakhiri pembersihan etnik," katanya, menunjuk pada laporan-laporan bahwa 47 orang tewas dalam pertempuran sejak Minggu.

Delegasi yang mencakup para duta besar dari 15 negara anggota DK PBB itu tiba di El-Fasher, ibukota Darfur Utara, pada Kamis sore.

Duta Besar Inggris Mark Lyall Grant sebelumnya mengatakan, ia "sangat khawatir" atas pertempuran terakhir itu. El-Fasher terletak sekitar 150 kilometer dari lokasi bentrokan tersebut.

Delegasi PBB itu diperkirakan mengunjungi Khartoum pada Jumat namun tidak akan bertemu dengan Presiden Sudan Omar al-Bashir, yang diburu pengadilan internasional karena masalah Darfur.

PBB mengatakan, lebih dari 300.000 orang tewas sejak konflik meletus di wilayah Darfur pada 2003, ketika pemberontak etnik minoritas mengangkat senjata melawan pemerintah yang didominasi orang Arab untuk menuntut pembagian lebih besar atas sumber-sumber daya dan kekuasaan.

Ketegangan meningkat di Sudan setelah Pengadilan Kejahatan Internasional (ICC) pada 4 Maret 2009 memerintahkan penangkapan terhadap Presiden Omar Hassan al-Bashir.

Jurubicara ICC Laurence Blairon mengatakan kepada wartawan di pengadilan yang berlokasi di Den Haag, surat perintah penangkapan terhadap Bashir itu berisikan tujuh tuduhan -- lima kejahatan atas kemanusiaan dan dua kejahatan perang.

Sudan bereaksi dengan mengusir 13 organisasi bantuan dengan mengatakan, mereka telah membantu pengadilan internasional di Den Haag itu, namun tuduhan tersebut dibantah oleh kelompok-kelompok bantuan itu.

Sejumlah pejabat PBB yang tidak bersedia disebutkan namanya mengatakan, pengusiran badan-badan bantuan itu memiliki dampak yang sangat merugikan bagi rakyat Darfur.

Para ahli internasional mengatakan, pertempuran tujuh tahun di Darfur telah menewaskan 300.000 orang dan lebih dari 2,7 juta orang terusir dari tempat tinggal mereka. Khartoum mengatakan, hanya 10.000 orang tewas.

Maju-mundur proses perdamaian antara kedua pihak berlangsung sejak tahun lalu.

Pemberontak utama Darfur mengadakan dua babak perundingan dengan para pejabat pemerintah Khartoum di Qatar pada Februari dan Mei 2009.

Pada Februari tahun lalu, Gerakan Keadilan dan Persamaan Hak (JEM) menandatangani sebuah perjanjian perdamaian dengan pemerintah Khartoum mengenai langkah-langkah pembangunan kepercayaan yang bertujuan mencapai perjanjian perdamaian resmi.

Pada Mei 2009, JEM sepakat memulai lagi perundingan dengan Khartoum yang dihentikannya setelah pengadilan internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan bagi Presiden Sudan Omar Hassan al-Bashir karena kejahatan perang dan kejahatan atas kemanusiaan di Darfur, Sudan barat.

Perundingan antara pemerintah Khartoum dan pemberontak Darfur untuk mengatasi konflik itu telah ditunda beberapa kali pada tahun lalu.

Perundingan yang dituanrumahahi Qatar itu sebelumnya dijadwalkan berlangsung pada 28 Oktober namun pertemuan tersebut ditunda sampai 16 November karena waktunya bertepatan dengan pertemuan puncak Uni Afrika. Jadwal terakhir itu pun ditunda hingga waktu yang belum ditentukan, kata penengah PBB dan Uni Afrika.

Kegagalan perundingan telah mengarah pada peningkatan kekerasan akhir-akhir ini di Darfur.

Bentrokan-bentrokan di wilayah itu menewaskan 221 orang pada Juni, sebagian besar akibat pertikaian antara suku-suku Arab yang bersaing, kata misi penjaga perdamaian PBB dan Uni Afrika (UNAMID).

Pada Mei, hampir 600 orang tewas dalam pertempuran, menurut sebuah dokumen internal UNAMID.(*)

(Uu.M014/r009)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010