Kabul (ANTARA News/Reuters) - Mantan presiden Afghanistan Burhanuddin Rabbani, Ahad, telah terpilih untuk memimpin dewan yang ditugasi untuk memulai pembicaraan perdamaian dengan gerilyawan pimpinan Taliban, demikian sumber resmi.

Rabbani, seorang pemuka agama seperti banyak dari gerilyawan Taliban tapi seorang etnik Tajik seperti banyak dari penentang mereka, mengatakan dalam beberapa tahun belakangan ini bahwa ia telah mengadakan kontak dengan sejumlah gerilyawan yang ingin mempertimbangkan pembicaraan dengan pemerintah.

Ia pernah menjadi pemimpin kelompok Mujahidin yang berpengaruh pada masa pendudukan bekas Uni Soviet di Afghanistan pada 1980-an, dan kemudian menjabat sebagai presiden negara yang diporakporandakan perang itu ketika kelompok Mujahidin berjuang untuk mengendalikan pemerintahan yang berakhir dengan naiknya Taliban ke kekuasaan.

Rabbani sesudah itu menjadi pemimpin politik aliansi kelompok Afghanistan yang, dengan bantuan Amerika Serikat, menggulingkan Taliban --yang sebagian besar anggotanya dari etnik Pashtun pada 2001.

Sementara perang memasuki tahun ke-10-nya, Presiden Hamid Karzai pada Juni lalu memperoleh persetujuan dari pertemuan suku untuk membentuk Dewan Perdamaian Tinggi guna mengupayakan akhir perang yang dirundingkan.

Dewan yang memiliki 68 anggota itu Ahad memilih Rabbani sebagai pemimpinnya, kata seorang pejabat senior di kantor Karzai pada Reuters.

Langkah pertama Rabbani untuk membuka jalan bagi pembicaraan itu adalah akan menetapkan mekanisme kerja yang dapat diterima anggota lain dewan, yang didominasi oleh para bekas pemimpin kelompok yang berpengaruh, perantara kekuasaan dan beberapa bekas anggota Taliban.

Perlawanan gerilyawan sekarang ini berada pada tingkat paling berdarahnya sejak 2001, meskipun ada kehadiran 150.000 tentara asing di Afghanistan. Di sisi lain, ada perasaan yang berkembang di dalam negeri itu dan di antara banyak sekutu Afghanistan bahwa pembicaraan mungkin akan menjadi satu-satunya jalan ke perdamaian.

Karzai telah berulang kali menyatakan ia ingin para pemimpin Taliban meninggalkan kekerasan dan memutuskan hubungan dengan Al Qaida, menerima konstitusi baru Afghanistan dan menyerahkan senjata mereka.

Tapi pada Kamis, ia mengatakan pemerintah tidak ingin ikut campur dalam upaya dewan ketika mereka berupaya untuk memulai pembicaraan.

Beberapa pengamat dan Taliban mengatakan mengenai persyaratan lama itu bahwa Karzai memang akan mempengaruhi penyerahan diri gerilyawan, mereka tidak mungkin akan menerima syarat-syarat itu ketika mereka sedang memperoleh kekuatan di sekeliling negara tersebut.

Taliban, apalagi, juga telah berulangkali menyatakan mereka tidak akan terlibat dalam pembicaraan selama tentara asing masih berada di Afghanistan. (S008/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010