Magelang (ANTARA News) - Sekitar 200 pengemudi truk pasir yang tergabung dalam Forum Masyarakat Merapi (FMM), Senin, berunjuk rasa menolak truk asal Semarang memasuki kawasan penambangan pasir di lereng Gunung Merapi karena dianggap telah merusak harga pasir.

Mereka berunjuk rasa dengan memarkir sekitar 200 truk di jalur penambangan pasir di Desa Kemiren, Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

Jalan di jalur tersebut sepanjang sekitar dua kilometer macet total karena 200 truk pasir berjajar di kanan dan kiri jalan. Aparat Polsek Srumbung dan puluhan anggota Polres Magelang mengamankan demo tersebut.

Menurut Koordinator FMM, Sri Raharjo P, latar belakang aksi karena adanya penetapan wilayah konservasi oleh Taman Nasional Gunung Merapi beberapa waktu lalu, yang berdampak pada semakin sempitnya lokasi penambangan.

Padahal, semakin hari semakin banyak masyarakat yang menggantungkan hidup dari penambangan ini.

Ia mengatakan, yang membuat FMM resah karena truk dari luar Magelang, sering merusak harga pasir di kawasan itu.

"Bagaimana tidak merusak, mereka berani membeli pasir dari penambang Rp200 ribu hingga Rp300 ribu per truk. Bahkan saat banyak permintaan, mereka berani membeli hingga Rp350 ribu per truk. Sedangkan kami, hanya mampu membeli Rp150 ribu per truk," katanya.

Mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, Kepolisian Sektor Srumbung dipimpin Kapolseknya, AKP Suprayudi melakukan mediasi. Kedua perwakilan ditemukan di rumah salah satu warga setempat.

Setelah melakukan diskusi, akhirnya perwakilan truk pasir luar Magaleng yang tergabung dalam paguyuban Sampang Mas bersedia mentaati aturan yang dibuat FMM dengan tidak memasuki kawasan penambangan, tetapi membeli pasir di depo yang ada di daerah tersebut.

(ANT/S026)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010