Jakarta (ANTARA) - Ramadhan bagi sebagian besar Umat Islam merupakan bulan yang ditunggu, namun bagi sebagian kecil lainnya mungkin merupakan bulan kurungan karena tidak bisa beraktivitas seperti biasa, harus menahan lapar dan menahan sikap.

Lupakan sebagian kecil umat itu. Fokus pada sebagian besar umat yang menyambut gembira Ramadhan, yakni bulan penuh ampunan, bulan ibadah dimana setiap perbuatan baik diganjar pahala berlipat-lipat. Di mana setiap istighfar, bahkan sedekah sebiji kurma saat berbuka diganjar pahala yang sama dengan yang berpuasa.

Kala pandemi mulai mereda, gairah menjalan ibadah berpuasa membuncah, tak hanya di Indonesia, tetapi juga di dunia. Shalat tarawih di Time Square New York pada Sabtu (2/4), sempat viral dan memberi kesan kuat bahwa Islam mulai mengakar di kota perdagangan Amerika Serikat dan sejumlah kota dunia lainnya.

Lalu medsos dibanjiri dengan suasana Islami, berbuka puasa dan Shalat Tarawih di manca negara. Setelah islamophobia merasuki dunia dalam beberapa dekade, terutama sejak serangan 11 September 2001, lalu Amerika Serikat mundur dari Afghanistan dan Taliban berkuasa, laju Islam seperti tak terbendung.

Pandemi sempat menghentikan semarak Ramadhan dan dua tahun terakhir, dan 1443 H menjadi momen balik untuk kembali merajut kebersamaan, Ukhuwah Islamiah.

Memang masih ada Umat Islam yang terjepit, tertindas di sebagian wilayah, seperti di Suriah dan sebagian Afrika, lalu di Myanmar yang membuat Suku Rohingya mengungsi, termasuk ke Indonesia.

Sudah beberapa kali kapal pengungsi Rohingya mendarat atau terdampar di Aceh yang mengindikasi mereka tidak aman dan nyaman tinggal di negeri sendiri. Artinya, intimidasi, diskriminasi dan mungkin juga teror atas mereka masih berlangsung di negeri seribu Pagoda itu.

Budi Palestina

Satu lagi adalah Umat Islam Palestina yang terpinggirkan dan terjajah di negeri sendiri setelah sekutu barat mengizinkan Yahudi pendatang mendirikan negara Israel dan mengabaikan hak-hak pribumi.

Indonesia memiliki hubungan baik dengan Palestina, tidak hanya sekadar saudara sesama Muslim, tetapi Palestina mengukir kenangan dan hutang budi yang takkan terbalaskan ketika Mufti Agung Yerusalem dan Pemimpin Tertinggi Dewan Palestina, Syekh Muhammad Amin al-Husaini mendukung kemerdekaan RI pada 1946 dan berjasa meningkatkan pengakuan negara-negara Arab lainnya, khususnya melalui Liga Arab.

Mohammad Amin al-Husayni (1895/1897 - 4 Juli 1974), adalah anggota klan al-Husayni Yerusalem, nasionalis Arab-Palestina dan pemimpin Islam di daerah "Mandat Britania atas Palestina". Dari 1921 hingga 1948, dia adalah Mufti Besar Yerusalem, dan memainkan peran penting dalam menentang Zionisme dan negara untuk tempat tinggal orang Yahudi di Palestina, (Wikipedia).

Presiden Soekarno, Soeharto dan seterusnya menghormati hubungan kedua negara dan selalu merawatnya.

Hal itu sesuai dengan kebijakan politik luar negeri Indonesia yang tercantum jelas dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea I yang menyatakan, "Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan."

Kedekatan itu menghasilkan simpati dan empati di kedua pihak. Umat Islam Indonesia selalu bereaksi keras jika Israel melakukan tindakan represif, yakni tindakan yang kini dikutuk masyarakat internasional.

Kala Ramadhan, seakan sudah menjadi tradisi sejumlah ustadz dan penghafal (tahfidz) Al Quran Palestina datang ke Indonesia menjadi imam shalat, baik shalat lima waktu, maupun Shalat Tarawih.

Baca juga: Puluhan ribu Muslim shalat Jumat pertama Ramadhan di Masjid Al Aqsa

Baca juga: Gema Indonesia saat Ramadhan di Jalur Gaza


Pertama kali merantau

Ramadhan ini, lembaga Kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap (ACT) Kota Medan, Sumatera Utara, menggelar safari dakwah dengan menggandeng syekh asal Palestina Dr. Mahmoud Ahmad Zohdi Alshobaki.

Safari dakwah itu dilaksanakan mulai 3 hingga 26 April 2022 yang dimulai dari Masjid Jamik di Kecamatan Medan Sunggal. Safari dakwah bersama para ulama dari Palestina ini merupakan program rutin ACT Medan setiap tahun, kecuali dua tahun pandemi.

Sementara Syeikh Ahmad Madhi memimpin Shalat Subuh di Masjid Nur Rahman Desa Galesong Baru, Kabupaten Takalar, Sulsel, Senin (4/4), dengan didampingi Sahabat Palestina.

Syeikh Ahmad Madi dan beberapa rekannya akan menyusuri 100 masjid yang ada di Kabupaten Takalar hingga 25 Ramadhan.

Di Jakarta, Syeik Thaha Isa (20), bersama rekannya, menjadi imam shalat di sejumlah masjid, termasuk di Tangerang dan sekitarnya. Syeik dalam tradisi Arab adalah orang yang berilmu (agama) atau yang dituakan.

Thaha Isa adalah pemuda lajang yang hafidz Al Quran. Orang tuanya hijrah ke Libanon untuk menghindari kekejaman tentara pendudukan Israel.

Tahun ini adalah tahun pertama baginya ke luar negeri dan negara tujuan pertamanya adalah Indonesia. Dengan didampingi Ustadz Fahmi dari Adara Relief Internasional dan juga sebagai penerjemah, Syeik Thaha berkenan menjadi Imam Shalat Tarawih dan mengisi taklim di Masjid Al Kassim di Kelurahan Kelapa Dua Wetan Ciracas Jakarta Timur, Jumat (8/4).
Ustadz Thaha Isa (tengah) bersama DKM dan jamaah Masjid Al Kassim Kelapa Dua Wetan, Ciracas, Jakarta Timur, Jumat (8/4/2022). (ANTARA/Erafzon Saptiyulda AS)


Baca juga: Ramadhan, Adara salurkan bantuan bagi pengungsi Palestina di Lebanon

Baca juga: ACT dampingi ulama Palestina dakwah Ramadhan di NTB


Awal Mi'raj

Usai Shalat Isya dengan melantunkan potongan Surah 78, An Naba, Syeik Thaha mengisahkan perjuangan pemuda Palestina melawan tentara penjajah Israel yang acap kali harus ditebus dengan nyawa. Dia juga menyinggung Masjidil Aqsa di Palestina yang menjadi awal Mi'raj Nabi Muhammad ke langit ke tujuh hingga ke Sidratul Muntaha dan diperintahkan untuk menegakkan shalat wajib yang semula 50 waktu menjadi lima waktu.

Usai ceramah singkat dilanjuti dengan Shalat Tarawih dengan kembali melantunkan lanjutan potongan Surah An Naba diselingi dengan surah pendek di juz 30.

Ketua Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Al Kassim, H Samekto mengatakan kedatangan imam shalat dari Palestina merupakan pertama kali di masjidnya sehingga jamaah begitu antusias, dan Alhamdulillah berjalan lancar.

Dia berdoa semoga perjalanan Ustadz Thaha ke masjid-masjid lainnya berjalan lancar sehingga pemahaman Muslim Indonesia tentang Palestina lebih utuh, dan dia juga mengapresiasi jamaah yang menyisihkan rejeki untuk saudara-saudaranya yang tertindas di sana.

Perjumpaan dengan imam muda, berkulit putih, tinggi, langsing dan tampan itu diakhiri dengan foto-foto dan makan malam. Dana yang berhasil dihimpun untuk Muslim Palestina malam itu Rp10 juta lebih dan video kegiatan bisa disaksikan di https://youtu.be/4mNKcMO-iK8 

Baca juga: Ronaldo sumbang Palestina 1 ,5 juta dolar untuk Ramadhan

Baca juga: 2.500 warga Gaza terima bantuan pangan ACT

 

Copyright © ANTARA 2022