Jakarta (ANTARA) - Lebaran Idul Fitri 1443 Hijriah/2022 sudah tiga minggu berlalu, tapi sisa-sisa lebaran masih terasa, mulai dari sisa kue lebaran di toples meja tamu, hingga energi dari rasa bahagia usai mudik dari kampung halaman masih berkelebat dalam ingatan.

Setidaknya itu yang masih dirasakan oleh Iga Baerani (23) dara campuran Bali-Jawa Barat saat dihubungi pada Rabu (18/5) lalu.

Energi positif sekembalinya dari mudik lebaran masih dirasakan Iga, suaranya terdengar bersemangat ketika menceritakan pengalaman mudik lebaran tahun ini. Berkesan baginya, karena sempat 2 tahun tidak bisa mudik dikarenakan pandemi COVID-19.

Awalnya Iga khawatir, karena berangkat mudik di waktu yang diprediksikan sebagai puncak arus mudik tanggal 30 April. Hal itu lantaran ia baru bisa mendapatkan cuti libur dari kantor tempatnya bekerja sebagai staf humas salah satu perguruan tinggi ternama di Bogor.

Bersama kedua orang tuanya dan dua saudaranya, Iga mudik menggunakan mobil pribadi lewat jalur darat. Jalur yang dilintasi sama seperti rute mudik sebelum pandemi, melintasi jalan tol mulai dari Jalan Tol Jakarta-Cikampek, Tol Trans Jawa, lalu Tol Probolinggo, setidaknya ada 13 jalan tol yang dilintasi, setelah itu menyeberang di Pelabuhan Ketapang menuju Pelabuhan Gilimanuk, Bali.

Biasanya, kata Iga, waktu tempuh perjalanan Bogor-Bali itu selama 48 jam atau 2 hari. Namun, saat mudik kemarin perjalanan mereka hanya menghabiskan waktu 22 jam.

“Saya dan keluarga benar-benar amazing (enggak menyangka) bisa secepat itu, yang tadinya udah siap-siap bakal Salat Eid di jalan, ternyata bisa sampai di Bali lebih awal,” kata Iga.

Menurut Iga, selama diperjalanan mereka mendapat kemudahan dengan adanya rekayasa lalu lintas sistem satu arah (one way) dan contraflow, dan mujurnya setiap tiba di jalan tol, posisinya mereka sedang pemberlakuan satu arah, sehingga lancar diperjalanan.

Begitu juga pada saat istirahat di rest area, kata Iga, suasana tempat peristirahatan jauh lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya, toilet yang memadai bersih dan tidak mengantre, lokasi istirahat yang representatif, sehingga perjalanan mudik kali ini menjadi paling berkesan untuknya.

Iga punya kenangan buruk saat mudik 2018, jarak tempuh Bogor-Bali selama 3 hari 2 malam. Dan kondisi rest area belum semuanya siap, sehingga untuk MCK ke toilet harus membawa air mineral.

Kenyamanan diperjalanan itu diperoleh Iga, baik saat mudik dan juga arus balik tanggal 8 Mei lalu. Waktu keberangkatannya yang sesuai dengan jadwal rekayasa lalu lintas yang diberlakukan oleh petugas kepolisian sehingga selama perjalanan tidak ada halangan yang membuat perjalan mudik dan balik menjadi beban.

Baca juga: Kapolri tegaskan komitmen beri layanan mudik aman lancar dan sehat

Diskresi Kepolisian
Pemerintah mempersilahkan masyarakat melakukan mudik Lebaran, dan berkomitmen menciptakan mudik aman dan sehat. Aman dari kecelakaan lalu lintas, tercegah dari kemacetan, dan sehat terhindar dari lonjakan COVID-19.

Polri memiliki andil besar dalam terwujudnya mudik aman dan sehat tahun ini. Terbukti berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Indikator Politik Indonesia, menunjukkan 19,7 persen masyarakat menyatakan bahwa kepolisian memiliki peran besar dalam mengatur kelancaran arus mudik dan arus balik lebaran.

Dalam survei tersebut, masyarakat mengaku puas atas kinerja pemerintah dan polisi terkait penanganan dan penyelenggaraan arus mudik dan arus balik Hari Raya Idul Fitri 1443 Hijriah.

Menciptakan mudik yang aman dan lancar, Polri menyiapkan upaya-upaya mencegah terjadi kemacetan di sepanjang jalur mudik utamanya arah Jawa dengan melakukan rekayasa lalu lintas.

Rekayasa lalu lintas yang disiapkan seperti memberlakukan skema contraflow di jalan tol dari KM 47 Cikampek sampai KM 70 Cikupa Utama.

Kemudian pemberlakuan sistem satu arah (one way) dan ganjil genap dari KM 47 Cikampek sampai dengan KM 414 Tol Kalikangkung, Semarang, Jawa Tengah.

Rekayasa lalu lintas ini mulai diterapkan pada arus mudik dari tanggal 28 April sampai dengan 1 Mei. Kemudian pada arus balik dari tanggal 6 sampai 9 Mei.

Namun, memasuki H-4 Polri melakukan diskresi dengan menyesuaikan jadwal one way yang semula diberlakukan dari pukul 07.00 WIB sampai 24.00 WIB pada Jumat (29/4), berubah menjadi 07.00 WIB sampai 08.00 WIB keesokan harinya yakni Sabtu (30/4).

Kemudian dari pukul 08.00 sampai 16.00 WIB dilakukan normalisasi, yakni arus lalu lintas berlaku normal dua arah. Dan setelah pukul 16.00 WIB sampai 08.00 WIB (1 Mei) diberlakukan one way.

Strategi lain untuk mengurai kemacetan, adalah mendorong masyarakat melaksanakan mudik lebih awal dengan menghindari puncak arus mudik.

Tidak hanya itu, untuk mencegah kemacetan pada saat arus balik, Kapolri Jenderal Pol. Listyo Sigit Prabowo menyarankan agar )masyarakat melaksanakan kerja dari rumah (WFH), sehingga kembali ke kota asal tidak berbarengan.

“Kami juga mengimbau untuk mengurai arus balik, khususnya bagi instansi-instansi baik itu swasta atau pemerintah yang masih memungkinkan untuk satu minggu ini bisa melaksanakan aktivitas dengan menggunakan media yang ada, seperti online maupun work from home,” kata Kapolri di Garuda Whisnu Kencana, Desa Unggasan, Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Bali, Kamis (5/5).

Usulan Kapolri direspon oleh Menteri Pendayagunaan Aparatur Sipil Negara dan Reformasi Birokrasi (Menpan RB) Tjahjo Kumolo yang menyarankan seluruh instansi pemerintah mengatur jadwal work from home (WFH) bagi seluruh ASN selama sepekan mulai Senin (9/5).

Baca juga: Kemenhub apresiasi peluncuran buku digital Mudik Aman dan Sehat

Kerja kolaboratif
​​​​​​​
Pengamat Transprotasi dan Tata Ruang Yayat Supriatna mengatakan keberhasilan manajemen pengaturan arus mudik dan arus balik berkat kerja kolaboratif pemerintah melalui kementerian dan lembaga serta peran serta masyarakat yang mengikuti arahan pemerintah.

Menurut dia, ada 4 indikator yang membuat manajemen pengaturan arus mudik dan arus balik tahun ini berjalan lancar, yang pertama adalah manajemen mudik menggunakan kajian akademis berupa basis data dari Litbang Kementerian Perhubungan (Kemenhub) yang memprediksi ada sekitar 85 juta pemudik.

Dengan basis data dan kajian yang lengkap dari Kemenhub tersebut membuat kebijakan dalam pengaturan mudik menjadi lebih jelas, dan pihak kepolisian menjadi lebih tegas dan berani mengambil diskresi karena sudah ada panduan-panduan, setiap kebijakan sudah dibuat skenario cara bertindak.

Kedua, lanjut dia, adalah penggunaan teknologi informasi salah satunya adalah sistem pemantauan melalui command center yang dimiliki Jasa Marga dengan data yang diperbaharui setiap waktu, sehingga ketika situasi jalan tol dalam kondisi macet bisa diambil keputusan oleh kepolisian dengan segera.

Meskipun Polri memiliki NTMC yang ada di Korlantas Polri, namun Jasa Marga yang memiliki kamera pengarah CCTV di setiap jalan tol yang lengkap, sehingga data pergerakan kendaraan yang terhimpun diperbaharui setiap saat, memudahkan kepolisian mengambil keputusan.

Indikator yang ketiga adalah koordinasi, integrasi dan sinergitas yang bagus, sehingga setiap kebijakan yang diambil betul-betul direncanakan, dan Korlantas Polri menjadi ketua kelas dalam pelaksanaan mudik Lebaran tahun ini.

Polri, kata dia, menjadi ujung tombak yang didukung oleh kementerian/ lembaga terkait. Dalam artian, begitu data terkini diperoleh bisa langsung menyelesaikan masalah di lapangan. Sebagai contoh kasus penumpukan kendaraan di Pelabuhan Merak yang terjadi di satu pelabuhan. Yang kemudian diambil langkah-langkah dengan mengoperasikan 2 pelabuhan lain untuk mengurai kepadatan, sehingga masalah yang ada di lapangan langsung diambil keputusan untuk mencari jalan keluarnya.

Indikator keberhasilan yang keempat, yakni pengaturan hari libur bersama ajakan mudik lebih awal, sebagaimana yang disampaikan oleh Presiden Joko Widodo agar masyarakat berangkat lebih awal. Dan yang menariknya adalah, jadwal hari libur sekolah diperpanjang, kemudian ada imbauan bekerja dari rumah (WFH).

Yayat menilai, keberhasilan mudik tahun ini bukan hanya masalah transportasi, tapi juga terkait dengan masalah-masalah di luar transportasi seperti jadwal libur untuk mengurangi kepadatan supaya perjalanan mudik tidak menumpuk pada hari-hari tertentu. Kemudian juga dukungan dari dinas-dinas di daerah yaitu beberapa kabupaten yang ada jalur arteri menyediakan tempat peristirahatan bagi pemudik di kantor-kantor pemerintah, sehingga pemudik yang menggunakan jalur arteri dapat lebih nyaman berkendaraan.

Menurut Yayat, keberhasilan mudik tahun ini menjadi modal pembelajaran di kemudian hari, karena tahun-tahun yang akan datang potensi mudik dengan jalur darat akan meningkat, sehingga menentukan bagaimana skenario mudik ke depannya.

Salah satu skenario mudik ke depan adalah imbauan atau ajakan mudik lebih awal, waktu libur, waktu kerja juga diperpanjang, kemudian ada solusi alternatif seperti yang para pekerja bisa bekerja dari rumah, dan yang sekolah bisa belajar secara daring dari mana saja.

“Yang menarik bagaimana aspek-aspek krusial itu bisa tersosialisasikan kepada masyarakat dan masyarakat pun semakin terbuka dengan informasi melalui sosial media,” kata Yayat.

Yayat mengingatkan, keberhasilan manajemen mudik adalah kerja kolaboratif semua pihak, sehingga kalaupun ada terjadi macet bukan masalah karena tidak terlalu lama, karena ada rekayasa lalu lintas yang diberlakukan dengan membaca dari situasi arus lalu lintas yang terjadi.

Baca juga: Tips mudik, jaga kondisi kesehatan agar perjalanan lancar

Mudik yang akan datang
​​​​​​​Ke depan yang harus dilengkapi, lanjut Yayat, yakni bagaimana mengatur pergerakan kendaraan pribadi yang memang tidak memiliki jadwal keberangkatan seperti transportasi publik udara, laut maupun kereta api. Agar pergerakan kendaraan pribadi yang tidak terjadwal ini bisa berjalan lancar, maka harus melihat imbauan atau ajakan dari pemerintah. Karena pemerintah membuat perencanaan, jadi perjalanan pribadi untuk tahun yang akan datang mengikuti rencana pemerintah supaya tidak menimbulkan masalah di dalam perjalanannya.

Kemudian mengembangkan area peristirahatan (rest area) di jalan tol agar lebih luas. Jadi di luar musim mudik, rest area bisa dikembangkan menjadi tempat rekreasi, bisa dilengkapi dengan penginapan , dan area parkir di perluas. Sehingga, ketika musim mudik, memiliki daya tampung yang luas, pemudik yang kelelahan bisa beristirahat di rest area supaya lebih segar lagi melanjutkan perjalanan.

Perlu penambahan rest area, sehingga jarak antar satu rest area dengan yang lainnya tidak terlalu jauh, minimal 30 sampai dengan 40 kilo meter (km) supaya tidak khawati kehabisan bahan bakar, atau berebut istirahat di rest area favorit.

“Kunci terakhir keberhasilan ini dari partisipasi masyarakat. Jadi masyarakat pun harus bisa memahami bahwa pemerintah itu bekerja, kalau mau taat, tertib dan teratur, ikuti saran pemerintah karena pemerintah yang mengatur jadwal perjalanannya,” tutup Yayat.

Editor: Joko Susilo
Copyright © ANTARA 2022