"Ramai yang cari ini sebab cuma dijual saat bulan puasa saja, alasannya karena banyak orang Aceh yang memakan rempah saat Ramadhan," kata salah seorang pedagang sambal Oen Peugaga Masyidar, di Banda Aceh, Selasa.
Masyidar mengatakan, lalapan warisan nenek moyang sambal daun pegagan memang ramai dicari oleh masyarakat Aceh karena hanya dapat ditemui pada bulan suci Ramadhan saja.
Kata Masyidar, setiap hari saat Ramadhan sambal Oen Peugaga yang dijualnya di Jalan Tgk Pulo Dibaroh Banda Aceh itu selalu laris manis dan tidak pernah sepi dari pembeli.
Di Ramadhan tahun ini, sambal Oen Peugaga nya itu mampu terjual sebanyak dua talam atau hampir sekitar 300 bungkus per harinya. Satu bungkus lalapan khas Aceh tersebut dijual Rp7 ribu.
"Per hari saya bisa dapat Rp2 juta dari hasil jualan sambal Oen Peugaga ini," ujarnya.
Masyidar menambahkan, sambal Oen Peugaga ini dibuat sendiri olehnya dari 44 jenis rempah seperti daun kuda-kuda, mangga, daun kemangi, daun pepaya, daun mengkudu, dan sebagainya.
"Berbagai macam rempah yang diperlukan itu saya peroleh dari penjual di kampung, mereka sudah gulung-gulung, lalu saya tinggal racik saja," katanya.
Hal senada juga diutarakan pedagang lainnya, Una menuturkan bahwa banyak rempah yang dibutuhkan untuk membuat sambal Oen Peugaga tersebut, mulai dari daun serai, daun delima dan lainnya.
"Nanti juga dicampur dengan kelapa gongseng, asam sunti, cabai kecil. Intinya ada 44 jenis semuanya, dan itu hanya ada saat bulan Ramadhan," katanya.
Una juga menuturkan, sambal Oen Peugaga tersebut sangat bermanfaat khusus kepada masyarakat yang sudah lanjut usia (lansia) yaitu bisa menghilangkan pikun (kelupaan).
"Manfaatnya bisa membuat ingatan kita kuat, menghilangkan pikun, terutama bagi orang yang sudah tua," ujar Una.
Sementara itu, salah seorang pembeli sambal Oen Peugaga mengaku dirinya mencari sambal khas tersebut sebagai lalapan untuk dimakan bersama menu berbuka puasa lainnya.
"Lalapan ini sangat nikmat dicampur dengan kuah beulangong (masakan daging) atau kuah kari bebek sebagai menu berbuka puasa," demikian Atun.
Pewarta: Rahmat Fajri
Editor: Guido Merung
Copyright © ANTARA 2023