Jakarta (ANTARA) - Perayaan Lebaran di Vietnam memiliki wajah yang berbeda dibanding Indonesia, mengingat umat Muslim di negara republik sosialis tersebut merupakan minoritas.

Duta Besar RI untuk Vietnam Denny Abdi saat dihubungi ANTARA dari Jakarta, Rabu mengatakan bahwa jumlah umat Muslim di seluruh Vietnam hanya ada sekitar 70.000 jiwa dari populasi sekitar 97,46 juta jiwa (berdasarkan sensus 2021), dengan mayoritas Muslim tinggal di bagian selatan Vietnam.

Sementara itu, jumlah Muslim di Hanoi, yang masuk ke dalam wilayah utara, tercatat jauh lebih sedikit, dengan hanya 200 sampai 300 orang.

Jumlah itu sudah termasuk dengan para diplomat dari kedutaan besar dari negara-negara Muslim.

Dengan jumlah Muslim yang sedikit itu maka penetapan Hari Raya Idul Fitri juga dilakukan secara terbatas.

Berbeda dengan Indonesia yang memiliki tim khusus pemantauan hilal atau rukyatul hilal di beberapa titik di seluruh Indonesia serta penetapan 1 Syawal melalui sidang isbat yang diumumkan langsung oleh menteri agama, penentuan Lebaran di Vietnam hanya dilakukan oleh jaringan antar-masjid.

“Kalau di sini (penentuan Lebaran) hanya melalui jaringan antar-masjid, mereka saling berkomunikasi. Dan biasanya mereka melihat (hilal) dari pandangan mata saja pada Kamis nanti, apakah 1 Syawal jatuh pada Jumat (21/4) atau Sabtu (22/4),” kata Dubes Denny.

"Ketika sudah diputuskan, mereka akan cek satu sama lain bahkan saling cek juga dengan negara-negara tetangga, seperti Brunei Darussalam, Malaysia, dan Indonesia," ujar dia merujuk negara-negara dengan mayoritas umat Muslim di Asia Tenggara.

ikatan silaturahmi dan persaudaraan antar-masyarakat ASEAN (Perhimpunan Bangsa Asia Tenggara) di momen Idul Fitri tersebut menjadi salah satu pengikat hubungan negara-negara Asia Tenggara, tidak terkecuali pada momen Keketuaan ASEAN Indonesia 2023 kali ini.

Baca juga: Ratusan WNI di San Fransisco rayakan Idul Fitri dengan kebhinekaan

Untuk pelaksanaan shalat Idul Fitri, Vietnam memiliki 41 masjid di seluruh negeri. Namun, khusus di Hanoi hanya ada satu masjid yang biasa dikunjungi masyarakat Muslim, yakni Masjid Al Noor.

Namun, Masjid Al Noor hanya bisa menampung sekitar 200 orang. Oleh karena itu, Kedutaan Besar RI di Hanoi kerap menggelar shalat Idul Fitri berjamaah dengan mengundang para WNI yang tinggal di Vietnam.

“Karena masjid (di Hanoi) hanya ada satu jadi biasanya akan penuh dan berdesak-desakan. Jadi demi kenyamanan dan ketenangan, kami menggelar shalat Idulfitri berjamaah di KBRI Hanoi. Kami undang WNI untuk shalat bersama sekaligus open house di Wisma KBRI,” ujar Denny.

Tak hanya itu, perayaan Lebaran di Vietnam juga tidak bisa dirayakan secara gegap gempita bersama keluarga besar karena pemerintah Vietnam tidak menetapkan cuti bersama atau libur pada perayaan-perayaan hari besar keagamaan, termasuk Hari Raya Idul Fitri dan Natal.

Pemerintah Vietnam hanya menetapkan hari libur pada perayaan tahun baru Imlek atau yang biasa disebut sebagai Hari Raya Tet.

Pada hari raya tersebut, pemerintah memberikan jatah libur tujuh hari sehingga Hari Raya Tet menjadi kesempatan bagi warga Vietnam maupun pekerja migran Indonesia untuk pulang ke kampung halaman mengunjungi sanak saudara.

“Libur Hari Raya Tet ini dimanfaatkan para WNI untuk liburan atau pulang ke Indonesia. Sementara ketika Lebaran praktis mereka tidak bisa pulang karena kalau mereka bekerja di perusahaan-perusahaan di Vietnam maka mereka akan masuk bekerja seperti biasa,” kata Denny.

Meski demikian, tidak ada pembatasan bagi Muslim yang ingin melaksanakan shalat Idul Fitri. Menurut Denny, pemerintah Vietnam sangat menghormati dan melindungi hak-hak beribadah setiap agama.

Mayoritas masyarakat Vietnam menganut aliran kepercayaan, seperti animisme dan teisme. Namun, kepercayaan yang paling banyak dianut oleh masyarakat Vietnam adalah kepercayaan menyembah leluhur.

Sementara dari sisi agama, Buddha merupakan agama mayoritas di Vietnam dengan jumlah penganut mencapai 10 juta.

Baca juga: KBRI Pyongyang rayakan Idul Fitri sederhana dengan warga Indonesia

Baca juga: WNI rayakan Idul Fitri di Pretoria diajak perkuat silaturahmi


Pewarta: Shofi Ayudiana
Editor: Yuni Arisandy Sinaga
Copyright © ANTARA 2023