Jakarta (ANTARA News) - “Dan bersegeralah kalian menuju ampunan Allah dan syurga-Nya yang seluas langit dan bumi, yang hanya diberikan kepada orang-orang bertaqwa” ~ QS Ali Imran: 133.

Dalam kitab sirah Nabawiyah, dikisahkan bahwa disuatu malam Ju'mat, seorang pemuda Madinah, yang ahli memanah bernama Hanzhalah menikah dengan seorang gadis Jamilah.

Merekapun mengadakan walimahtu ‘ursy, perhelatan, yang juga dihadiri oleh Rasulullah saw. beserta sahabat-sahabat yang lain.

Selanjutnya sebagaimana kebiasaan pengantin baru, setelah para tamu pulang, maka kedua mempelaipun masuk ke dalam rumah dan tentunya menikmati malam pertama mereka berdua.

Pada Jum’at paginya menjelang waktu Subuh, tiba-tiba rumah Hanzhalah diketuk oleh seorang sahabat yang membawa pesan bahwa Hanzhalah diminta segera menghadap Rasulullah saw.

Entah apa yang dilihat oleh Rasulullah saw, saat bertemu dengan Hanzhalah, sampai Nabi saw bertanya, “Apakah aku membuat engkau terburu-buru ya Hanzhalah". "Tidak ya Rasulullah", Jawab Hanzhalah.

"Kalau begitu, engkau kuperintahkan sekarang untuk membawa perlengkapan perangmu, berangkatlah, karena musuh sudah mendekati batas kota Madinah," kata Nabi saw.

"Labbaik, siap Ya Rasulullah", jawab Hanzhalah tanpa banyak tanya, karena sebagaimana ahli memanah, dia sudah memahami tugas-tugasnya.

Kemudian berlakulah takdir, ketentuan Allah swt atas Hanzhalah, dia syahid dalam peperangan itu.

Rasulullah saw sangat sedih mendengar kematian salah seorang ahli memanahnya. Namun kepada Nabi saw, Allah swt memperlihatkan suatu pemandangan luar biasa tentang Hanzholah yang kemudian diceritakan kepada isterinya Jamilah.

"Wahai Jamilah, aku diperlihatkan Allah swt, bahwa Hanzhalah tengah dimandikan oleh para malaikat di sebuah bejana yang terbuat dari emas. Ada apa dengan suamimu ya Jamilah?", ucap Rasulullah saw.

Sambil tersipu malu, Jamilah mengungkapkan, "Tadi waktu engkau suruh berangkat berjihad, Hanzhalah belum sempat mandi (junub) Ya Rasulullah".

Subhaanallah, kisah Hanzhalah yang kerap terngiang dalam ingatan. Karena sebenarnya, tidaklah makan waktu lama bagi seorang suami untuk menuntaskan keinginan biologisnya kepada sang isteri. Namun hal itu ditinggalkannya demi bersegera meraih ridho Allah swt dan Surga-Nya.

Bulan Ramadhan melatih kita untuk bersegera menuju syurga Allah swt. Bersegera berbuka saat adzan Maghrib tiba. Bersegera ke masjid saat menjelang waktu shalat.

Bersegera mengkhatamkan Al-Qur’an. Bersegera membayarkan zakat fithrah dsb. Dan semua kesegeraan ini, insya Allah, akan mengantarkan kita ke surga, "jannatu naiim".

Siapa suka minuman serbat
Tentu  jahe  bikin hangatnya
Siapa suka  lalaikan  shalat
Tentu neraka wail tempatnya
.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013