Kepala Bidang Urusan Agama Islam (Urais) Kantor Wilayah Kemenag DIY Jauhar Mustofa saat dihubungi di Yogyakarta, Rabu, menuturkan jika sebelumnya rukyatul hilal hanya digelar oleh Kanwil Kemenag DIY, tahun ini kemenag kabupaten/kota diminta turut berpartisipasi dengan peralatan yang dimiliki.
"Tahun ini kami diminta oleh pusat untuk memperbanyak titik lokasi rukyatul hilal sehingga direkomendasikan kabupaten/kota juga melakukan pemantauan," kata Jauhar.
Jauhar menyebutkan rukyatul hilal yang digelar Kemenag Kabupaten Kulon Progo akan berlangsung di lantai tiga Bandara Yogyakarta International Airport (YIA) menggunakan sebuah teropong jenis theodolite.
"Izinnya sudah diperoleh sehingga Kemenag Kulon Progo dengan instansi dan lembaga terkait akan melakukan rukyatul hilal di sana," kata dia.
Berikutnya, di Kabupaten Gunungkidul, rukyatul hilal bakal berlangsung di objek wisata HeHa Sky View dengan menggunakan satu theodolite dan satu teleskop.
Karena tidak memiliki tempat representatif, Kemenag Kota Yogyakarta akan menggelar pemantauan hilal bersama Kemenag Sleman di rooftop Hotel Grand Keisha Yogyakarta menggunakan satu theodolite.
Adapun Kemenag Bantul akan bergabung dengan Kanwil Kemenag DIY melakukan rukyatul hilal di Pos Observasi Bulan (POB) Syekh Bela Belu Parangtritis, Kabupaten Bantul menggunakan tiga teleskop milik BHR Kanwil Kemenag DIY dan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta.
Menurut Jauhar, semakin banyak titik lokasi pemantauan diharapkan peluang melihat hilal dari DIY lebih besar dibandingkan sebelumnya.
Baca juga: Kemenag Riau jadwalkan rukyatul hilal di Kabupaten Bengkalis
"Situasi dan kondisi lokasi rukyatul hilal memengaruhi pengamatan posisi hilal atau ufuk baratnya. Cuaca seperti di POB yang selalu terbias dengan uap air juga memengaruhi pengamatan," kata dia.
Jauhar mengatakan berdasarkan data astronomis Badan Hisab Rukyat (BHR) DIY untuk 10 Maret 2024 ketinggian hilal saat matahari terbenam diperkirakan pada posisi 0 derajat, 11 menit, 25 detik.
Data tersebut menunjukkan bahwa hilal masih di bawah standar "imkanur" rukyat yang disepakati oleh Menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS) untuk penetapan awal Ramadhan yang mensyaratkan tinggi minimal tiga derajat dengan sudut elongasi 6,4 derajat.
Karena itu, Jauhar menyebut peluang perbedaan antara Muhammadiyah dengan pemerintah dalam penetapan awal Ramadhan 2024 sangat besar.
Meski demikian, lanjut dia, keputusan penetapan awal Ramadhan tetap menunggu hasil sidang isbat oleh Kemenag RI.
"Masyarakat tentu sudah dewasa dengan perbedaan awal Ramadhan sehingga kami berharap semua menyikapi dengan biasa saja," kata dia.
Baca juga: Kemenag: Pemantauan hilal awal Ramadhan digelar di 134 titik
Baca juga: Kemenag akan pantau hilal awal Zulhijah di 99 titik
Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2024