Jakarta (ANTARA) - Sepekan penuh kehangatan keluarga telah berlalu. Para pemilir kembali memadati kota-kota besar tempat mereka mengadu nasib usai melepas rindu.

Menandai akhir dari rangkaian mobilitas masyarakat pada Idul Fitri 2024, Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi pun secara resmi menutup operasional Posko Nasional Sektor Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ramadhan dan Idul Fitri.

Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, BPH Migas mengemban kepercayaan untuk mengkoordinasi berjalannya Posko Nasional ESDM.

Melalui posko yang berada di lantai empat kantor BPH Migas tersebut, pemerintah memonitor kebutuhan, ketersediaan, dan distribusi energi selama masa Lebaran.

Ihwal kebutuhan energi yang dimaksud oleh BPH Migas mencakup ketersediaan bahan bakar minyak (BBM) yang mendukung mobilitas masyarakat, terutama dalam menempuh perjalanan mudik dan balik.

Selain itu, kebutuhan energi juga mencakup ketersediaan dan distribusi elpiji, terutama untuk kebutuhan rumah tangga, keamanan pasokan listrik, baik untuk kebutuhan rumah tangga maupun mobilisasi masyarakat yang menggunakan kendaraan listrik,  hingga memitigasi situasi kebencanaan guna mengamankan distribusi energi ke seluruh wilayah Indonesia.

Kala menutup operasional posko tersebut, Kepala Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) Erika Retnowati melaporkan bahwa ketersediaan dan distribusi energi pada masa Idul Fitri 2024 berlangsung dengan aman.

Kelancaran distribusi energi dan amannya ketersediaan energi pada Idul Fitri 2024 yang ditandai oleh peningkatan-peningkatan kebutuhan energi dan berbagai kendala, telah diantisipasi oleh pemerintah sedari awal.


Peningkatan kebutuhan

Dalam memetakan kebutuhan dan distribusi energi nasional, Erika Retnowati membagi kategori energi menjadi empat sektor, yakni sektor BBM, elpiji (LPG), gas bumi, serta ketenagalistrikan.

Berdasarkan catatan Posko Nasional Subsektor BBM, penyaluran BBM tertinggi secara nasional untuk arus mudik terjadi pada 9 April 2024 dengan kenaikan penyaluran BBM sebesar 44,56 persen dari penyaluran normal.

Sedangkan, puncak penyaluran tertinggi pada arus balik pertama, yakni 13 April 2024, terjadi peningkatan penyaluran BBM sebesar 21,63 persen dari penyaluran normal, diikuti dengan peningkatan penyaluran BBM pada arus balik kedua pada 15 April 2024 sebesar 17,65 persen dari penyaluran normal.

Tak hanya mencakup geliat distribusi energi untuk mobilisasi masyarakat melalui jalur darat, Subsektor BBM juga mencatat peningkatan distribusi avtur sebesar 10,7 persen apabila dibandingkan dengan penyaluran normal.

Berbeda dengan BBM maupun avtur, konsumsi solar mengalami penurunan sebesar 26,6 persen apabila dibandingkan dengan penyaluran normal. Penurunan konsumsi solar tersebut dikarenakan menurunnya aktivitas kendaraan pengangkut barang pada masa libur.

Erika lantas membandingkan penyaluran BBM pada Idul Fitri 2024 dengan Idul Fitri 2023.  Terdapat peningkatan distribusi BBM sebesar 1,6 persen pada 2024, kemudian peningkatan distribusi avtur sebesar 15,5 persen, dan peningkatan distribusi solar sebesar 1,6 persen.

Meski terjadi kenaikan distribusi pada Idul Fitri 2024 ketika dibandingkan dengan Idul Fitri 2023, kebutuhan masyarakat akan BBM tetap terpenuhi.

Subsektor selanjutnya adalah LPG. Berdasarkan catatan Posko Nasional, penyaluran LPG tertinggi terjadi pada tanggal 8 April 2024, yaitu sebesar 33.689 MT, atau naik sebesar 18,3 persen dari penyaluran normal sebesar 28.468 MT.

Adapun rata-rata penyaluran LPG selama periode Ramadhan dan Idul Fitri 2024, yang terhitung mulai tanggal 3–19 April 2024, yakni lebih tinggi 2,81 persen apabila dibandingkan dengan rata-rata penyaluran normal.

Terkait subsektor ketiga, yakni gas bumi, Erika mengatakan bahwa penyaluran gas pada periode Idul Fitri 2024 mencapai titik tertinggi terjadi pada 3 April 2024 sebesar 902 BBTUD (billion british thermal unit per day), dan terendah pada 10 April 2024 sebesar 599 BBTUD.

Selama periode Ramadhan dan Idul Fitri  2024,  subholding gas telah berhasil menyalurkan gas bumi kepada lebih dari 3.133 pelanggan komersial dan industri, 1.987 pelanggan kecil, 818.621 pelanggan rumah tangga (jaringan gas/jargas), serta pelanggan pembangkitan, termasuk PLN Group.

Sementara untuk subsektor yang terakhir, yakni kelistrikan, Posko Nasional mencatat bahwa pasokan listrik secara umum berada dalam kondisi aman. Rincian daya mampu pasok (DMP) nasional pada perayaan Idul Fitri 2024, tepatnya pada 10 April, sebesar 52.454,77 MW dengan beban puncak sebesar 31.213,56 MW.

Meskipun demikian, Erika menyoroti pemadaman yang sempat terjadi pada sistem Bau-bau, Sulawesi Tenggara, saat beban puncak malam mencapai 1,33 MW. Sistem Bau-bau menjadi satu-satunya sistem yang mengalami defisit kelistrikan pada Idul Fitri 2024.

Vice President Pengendalian Operasi Sistem Ketenagalistrikan PT PLN (Persero), Nurdin Pabi, menambahkan bahwa kondisi defisit di Bau-bau disebabkan oleh adanya ketidaksiapan pembangkit akibat gangguan dan derating atau turunnya daya mampu suatu pembangkit listrik terhadap daya terpasang pembangkit, dengan total daya sebesar 7,30 MW.

Kendati begitu, dengan sigap PLN mengatasi gangguan tersebut sehingga kelistrikan di Bau-bau dapat berfungsi dengan normal pada 11 April 2024.

Terlepas dari laporan Posko Nasional bahwa sektor kelistrikan juga melayani pengisian daya untuk kendaraan listrik yang melakukan perjalanan mudik dan balik pada 2024.

Transaksi di stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU) naik lima kali lipat saat periode arus mudik dan balik Lebaran 2024, dengan jumlah kendaraan yang tercatat menggunakan fasilitas SPKLU sebanyak 4.015 unit.

Jumlah transaksi SPKLU selama Lebaran 2024 mencapai 11.004 transaksi. Pada 2023, hanya ada 2.200 transaksi pada SPKLU. Transaksi tertinggi terjadi pada SPKLU di KM 228 Tol KanciPejagan dengan catatan nyaris 3.000 transaksi.


Rekomendasi 

Pelayanan yang dilakukan oleh sektor-sektor energi dalam negeri tentunya tak luput dari kekurangan. Sejumlah evaluasi dan rekomendasi pun telah dirumuskan oleh para pemangku kepentingan yang memantau distribusi energi dari Posko Nasional.

Evaluasi tersebut datang dari subsektor BBM. Direktur Perencanaan dan Pengembangan Bisnis Pertamina Patra Niaga, Harsono Budi Santoso, memiliki sejumlah catatan yang dapat diterapkan oleh Satgas Ramadhan dan Idul Fitri 2025. Pertama,  meningkatkan jumlah motoris dan SPBU Siaga.

Sebagaimana yang diketahui, dalam periode Ramadhan dan Idul Fitri 2024, Pertamina menyediakan 54 motoris yang dapat mengantarkan kebutuhan BBM kepada masyarakat yang terjebak macet. Selain itu, Pertamina juga telah menyediakan 1.792 SPBU siaga pada periode tersebut.

Kehadiran Pertamina Siaga dan motoris merupakan suatu keharusan dalam periode-periode liburan seperti Idul Fitri. Selain itu,  penempatan-penempatan motoris dan kiosk Pertamina Siaga juga harus dievaluasi.

Selain itu, perlunya meningkatkan intensitas koordinasi dengan pemangku kepentingan terkait untuk memastikan ketersediaan BBM, utamanya mobil tangki.

Harsono berharap agar pada periode puncak, khususnya pada Ramadhan dan Idul Fitri 2025, mobil tangki bisa mendapatkan akses prioritas ke SPBU. Hal ini dapat diwujudkan dengan melakukan koordinasi dengan Korlantas dan Jasa Marga.

Catatan lainnya dari Kepala BPH Migas. Erika menilai perlu adanya peningkatan kantong motoris BBM dan SPBU Siaga pada daerah di dekat jalur wisata, serta pengalihan kendaraan ke rest area untuk mengurai kemacetan kendaraan.

Catatan kepada PLN, untuk memastikan kesiapan dan kesigapan petugas pelayanan teknik dalam mengatasi gangguan pasokan listrik. Hal tersebut berkaca pada gangguan listrik yang sempat terjadi di Bau-bau, Sulawesi Tenggara pada 10 April 2024.

Di tengah masyarakat yang menikmati hari libur, kebutuhan energi tak lantas kendur. Guna menjaga kelancaran dan keamanan, berbagai pemangku kepentingan haruslah bekerja sama demi kepentingan masyarakat luas yang sedang merayakan Idul Fitri, bersilaturahmi dengan sanak saudara.

Editor: Slamet Hadi Purnomo
Copyright © ANTARA 2024