Hal ini terjadi karena pada April 2024 komponen harga bergejolak mengalami deflasi setelah sebelumnya mengalami tekanan inflasi selama tujuh bulan berturut-turutJakarta (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi pada April 2024 yang bertepatan dengan periode Idul Fitri tahun ini lebih rendah dibandingkan momen Lebaran selama tiga tahun sebelumnya, yakni pada April 2023, Mei 2022, serta Mei 2021.
Dalam konferensi pers Berita Resmi Statistik di Jakarta, Kamis, Plt. Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan bahwa inflasi pada April 2024 juga lebih rendah dibandingkan dengan inflasi pada Maret 2024 yang bertepatan dengan awal Ramadan tahun ini.
“Hal ini terjadi karena pada April 2024 komponen harga bergejolak mengalami deflasi setelah sebelumnya mengalami tekanan inflasi selama tujuh bulan berturut-turut,” ujarnya.
BPS mencatat bahwa inflasi bulanan pada April 2024 mencapai 0,25 persen mtm dengan tingkat inflasi tahunan sebesar 3 persen year-on-year (yoy) dan inflasi tahun kalender sebesar 1,19 persen year-to-date (ytd).
Sementara itu, inflasi pada Maret 2024 dilaporkan sebesar 0,37 persen mtm, sedangkan inflasi pada April 2023, Mei 2022, dan Mei 2021 masing-masing tercatat sebesar 0,33 persen mtm, 0,95 persen mtm, dan 0,32 persen mtm.
Amalia mengatakan bahwa kelompok pengeluaran dari komponen harga bergejolak yang menyumbang deflasi pada periode Lebaran tahun ini adalah kelompok makanan, minuman, dan tembakau dengan andil deflasi bulanan sebesar 0,01 persen.
Menurutnya, komoditas yang menjadi peredam utama tingkat inflasi selama April lalu antara lain cabai merah, beras, telur ayam ras, dan cabai rawit dengan andil deflasi bulanan masing-masing sebesar 0,14 persen, 0,12 persen, 0,06 persen, dan 0,04 persen.
Ia pun mengatakan bahwa tingkat deflasi komoditas cabai merah dan beras tersebut menjadi yang terdalam selama periode Januari 2021 hingga April 2024.
“Kelompok makanan, minuman, dan tembakau mengalami deflasi setelah tiga tahun berturut-turut menjadi penyumbang inflasi pada momen Lebaran April 2023, Mei 2022, serta Mei 2021,” katanya.
Sementara itu, kelompok pengeluaran dari komponen harga bergejolak yang memberikan andil terhadap inflasi selama periode Idul Fitri lalu adalah kelompok transportasi, yakni sebesar 0,12 persen, lebih tinggi andilnya dibandingkan pada bulan sebelumnya yang hanya sebesar 0,01 persen.
Amalia menuturkan bahwa tingginya andil inflasi kelompok transportasi pada April 2024 disebabkan oleh komoditas tarif angkutan udara dan tarif angkutan antarkota yang masing-masing mengalami inflasi sebesar 8,05 persen mtm dan 13,56 persen mtm.
“Kelompok transportasi merupakan kelompok penyumbang inflasi pada momen Lebaran selama lima tahun terakhir,” ucapnya.
Selama periode Idul Fitri pada Mei 2020, Mei, 2021, Mei 2022, April 2023, dan April 2024, BPS mencatat bahwa kelompok pengeluaran transportasi mengalami inflasi bulanan masing-masing sebesar 0,87 persen, 0,71 persen, 2,42 persen, 0,84 persen, dan 0,93 persen.
Baca juga: BPS: Beras alami deflasi pada April 2024 usai inflasi selama 8 bulan
Baca juga: BPS sebut bawang merah jadi komoditas pangan dengan inflasi tertinggi
Pewarta: Uyu Septiyati Liman
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2024