perjalanan mudik, jika dilihat dengan kaca mata yang lebih besar, tidak kalah menarik dari perjumpaan dengan keluarga di kampung halaman
Jakarta (ANTARA) - Jumat (2i/3) pagi itu ratusan kendaraan roda empat memenuhi buffer zones di sejumlah Dermaga Reguler Pelabuhan Merak. Pemandangan mobil yang tidak biasa, pasalnya sebagian besar dari mobil-mobil itu membawa beban tambahan di bagian roof rack (atas mobil).
Barang bawaan itu menjadikannya ibarat "jambul’ yang dibungkus terpal pelindung warna-warni. Jambul-jambul itu berisi pesan bahagia: hadiah para perantau bagi keluarga yang akan segera mereka jumpai di kampung halaman.

Mobil-mobil itu berjejer rapi menunggu antrian masuk ke dalam kapal penyeberangan. Sebagian pemudik memilih diam di dalam mobil, sebagian lagi melipir ke bibir laut, berhadap-hadapan dengan Pulau Merak Besar.
Anak-anak pemudik berlarian, bermain di area parkir sambil diawasi orang tua mereka. Beberapa lagi duduk pada pembatas dermaga sambil menikmati pemandangan laut dan berfoto-ria.
Para pemudik yang lain, terutama bapak-bapak, hanya bersantai di dekat mobil. Sesekali mereka memeriksa ikatan pada roof rack dan mengecek ketegangan ban serta kondisi mesin.
Mereka memastikan hadiah bagi keluarga di kampung halaman tetap dalam kondisi yang baik-baik saja dan perjalanan mudik keluarga mereka dapat berjalan lancar.
Tak mau ketinggalan menyumbang keramaian, para pedagang asongan dengan penuh semangat menawarkan dagangan mereka kepada para pemudik. Mulai dari makanan dan minuman ringan, masker, alat cukur, mainan anak-anak serta berbagai jenis dagangan lainnya ditawarkan dari mobil ke mobil.
Sedikit beranjak ke arah laut, sekitar 100 meter dari bibir Dermaga Reguler 3, dekat dengan Pulau Merak Besar, tiga mercusuar kecil nan tua masih berdiri. Yang paling dekat dengan dermaga sudah miring, menandakan usianya yang tak lagi muda. Sementara dua lainnya masih berdiri tegak, menunggu waktu hingga menjadi miring seperti mercusuar pertama.
Kemudian dari kejauhan, beberapa kapal penumpang dari dermaga eksekutif yang pada mudik kali ini diregulerkan mulai berlabuh mengangkut para pemudik menuju Pelabuhan Bakauheni, Lampung.
Ada juga kapal yang baru merapat ke arah dermaga reguler. Bunyi sirenenya memecah keramaian para pemudik yang sedang menunggu kebarangkatan. Kekuatan sirene mungkin setara dengan klakson-klakson ratusan mobil pemudik jika dibunyikan sekaligus.
Meskipun tanpa suasana orens matahari terbit, pemandangan pagi dari Laut Pelabuhan Merak tetaplah kirana. Laut biru ditambah suasana pagi dan dibalut kerinduan hati para pemudik bertemu keluarga di kampung halaman menjadikan pagi itu semakin indah.
Keindahan itu ditambah dengan kemacetan di Pelabuhan Merak yang pada mudik kali ini menurun drastis dibanding tahun-tahun sebelumnya. Kali ini tidak ada lagi antrian mobil yang mengular hingga lebih dari satu kilometer di jalan luar gerbang Ferry Express.
Selain jumlah pemudik yang berkurang, keputusan Kementerian Perhubungan untuk menjadikan dermaga eksekutif atau dermaga 6 sebagai dermaga reguler juga menjadikan kemacetan diatasi dengan efektif.
Pemudik-pemudik itu ternyata membawa kisahnya masing-masing. Sebut saja Khoirul yang berangkat dari Malang menuju Pelabuhan Merak bersama istri dan kedua anaknya.
Ini kali pertama Khoirul dan keluarganya mudik lewat jalur Merak. Sebelum-sebelumnya, Khoirul mengaku biasa mudik memakai pesawat atau langsung naik kapal dari Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya.
Khoirul berkendara tanpa kendala berarti dari Malang menuju Banten, hanya sedikit kemacetan yang terjadi di Exit Tol Merak. Namun itu bukan apa-apa bagi Khoirul sekeluarga lantaran mereka akan segera bertemu keluarga di kampung halaman, Lampung.
Khoirul sekeluarga yang berpose di pinggir dermaga membelakangi laut menjadi potret keluarga sederhana yang bahagia. Khoirul di ujung kanan, diikuti anak bungsunya, lalu diikuti oleh istrinya dan kemudian anak pertamanya di ujung kiri.
Senyum bahagia keluarga kecil itu hanyalah sekian persen dari senyum bahagia mereka ketika nanti berjumpa dengan keluarga di kampung halaman.
Selain pemudik, keramaian di dermaga reguler pagi itu juga disumbang oleh para pengangkut barang lintas provinsi. Salah satunya adalah Kiki. Tak tanggung-tanggung, pria berusia 17 tahun ini mengangkut 12 unit sepeda motor bekas di mobil pick-upnya.

Saat ditemui di lokasi, Kiki tengah mengencangkan tali pengikat sepeda motor berbagai merek itu. Beberapa hari lalu, Kiki mengantarkan pisang dan hasil bumi lainnya menuju Serang, Banten.
Kemudian hari ini, Kiki yang berkendara bersama ayahnya kembali ke Lampung dengan mengangkut sejumlah sepeda motor bekas. Menurutnya, situasi saat ini jauh berbeda dengan situasi hari-hari biasa ia bekerja.
Pasalnya kesemarakan mudik begitu terasa, bahkan ia hampir tak sadar bahwa ia bukan sedang mudik, tetapi sedang bekerja. “Bang, bakal masuk TV ya ini? Hehehe,” kata Kiki sambil tertawa ke arah kamera wartawan.
Hingga pukul 08.00 WIB, mobil-mobil pemudik mulai beranjak dari dermaga reguler menuju kapal penyeberangan. Petugas gabungan, mulai dari kepolisian, Dinas Perhubungan setempat tak hentinya mengatur lalu lintas kendaraan.
Tak lama setelah mobil-mobil itu beranjak, mobil-mobil dari pemudik lain yang baru saja memasuki Pelabuhan Merak Kembali mengisi buffer zones dermaga reguler.
Sedikit demi sedikit suasana pagi Dermaga Reguler Pelabuhan Merak memudar diganti cahaya matahari yang menembak lurus ke arah dermaga, kian panas mendekati siang hari.
Demikian pun hari yang ditunggu-tunggu pemudik, hari lebaran, sudah semakin dekat.
Seperti kata pepatah kuno, perjalanan menuju opera tidak kalah menarik dari opera itu sendiri.
Demikian pun perjalanan mudik, jika dilihat dengan kaca mata yang lebih besar, tidak kalah menarik dari perjumpaan dengan keluarga di kampung halaman.
Selalu ada yang dapat diceritakan dari perjalanan mudik. Macet, ngantuk, kehabisan bensin, berdesakan dengan pemudik lain. Cerita-cerita itu, sedih atau senang, akan segera menjadi cerita menarik ketika menjadi obrolan dengan keluarga tercinta di kampung halaman.
Baca juga: Pemudik motor dari Merak masih terus berdatangan di Bakauheni pada H-2
Baca juga: 671.790 orang menyeberang ke Sumatera hingga H-3 Lebaran
Baca juga: Antrean diserobot, sejumlah penumpang kapal di Pelabuhan Merak protes
Editor: Dadan Ramdani
Copyright © ANTARA 2025