Jakarta (ANTARA) - Analis Doo Financial Futures Lukman Leong menilai nilai tukar (kurs) rupiah mengalami tekanan berat akibat kebijakan tarif dari Amerika Serikat (AS).
“Indonesia (mendapatkan tarif) 32 persen. Rupiah bakalan tertekan berat sebagai salah satu negara yang dikenakan tariff reciprocal besar,” kata Lukman kepada ANTARA di Jakarta, Kamis.
Pada Rabu (2/4), Presiden AS Donald Trump mengumumkan tarif resiprokal terhadap mitra dagang AS sebagai upaya untuk memangkas defisit perdagangan global.
Tarif tambahan sebesar 25 persen untuk semua mobil yang dibuat di luar AS sebagaimana diumumkan Trump pekan lalu, akan berlaku sesuai rencana pada hari ini.
“Rupiah diperkirakan akan kembali melemah hari ini, besar kemungkinan akan volatile dan melibatkan intervensi Bank Indonesia. Indeks dolar AS terpantau volatile menyusul kebijakan tarif imbal balik Trump yang sedang diumumkan terlihat lebih agresif dari yang diperkirakan. Sentimen pasar saat ini sangat negatif dan risk off, BI akan intervensi,” ujar Lukman.
Berdasarkan sentimen tersebut, kurs rupiah pada hari ini diperkirakan berkisar Rp16.600 sampai dengan Rp16.900 per dolar AS.
Nilai tukar rupiah pada pembukaan perdagangan Kamis pagi di Jakarta melemah sebesar 59 poin atau 0,36 persen menjadi Rp16.772 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.713 per dolar AS.
Baca juga: Rupiah pada Kamis pagi melemah jadi Rp16.772 per dolar AS
Baca juga: Rupiah melemah akibat sentimen "risk-off" dari ancaman tarif AS
Baca juga: Rupiah menguat didukung sentimen positif pasar saham domestik
Baca juga: Rupiah melemah seiring pernyataan "hawkish" The Fed terkait suku bunga
Baca juga: BI: Modal asing masuk bersih Rp1,93 triliun pada pekan keempat Maret
Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
Editor: Martha Herlinawati Simanjuntak
Copyright © ANTARA 2025