Jakarta (ANTARA) - Pengamat pasar uang, yang juga Presiden Direktur PT Doo Financial Futures, Ariston Tjendra menilai nilai tukar (kurs) rupiah bisa memperoleh sentimen positif dari aksi buy on dip di sebagian pasar saham Asia.
“Aksi buy on dip pasar hari ini bisa memberikan sentimen positif ke aset berisiko, (kendati) pasar masih rentan tertekan pekan ini karena isu perang tarif masih bergulir dan pasar menunggu hasil negosiasi tarif beberapa negara,” ungkapnya kepada ANTARA di Jakarta, Selasa.
Pada pagi ini, lanjutnya, sebagian pasar saham Asia terlihat rebound. Hal ini menandakan banyak investor memanfaatkan momen harga yang sudah menurun signifikan di berbagai bursa saham dengan harapan ke depan pasar akan melonjak kembali.
“Sentimen ini bisa positif, bisa menahan pelemahan rupiah hari ini,” kata dia.
Baca juga: Rupiah pada Selasa pagi melemah jadi Rp16.846 per dolar AS
Menurut Aris, pasar keuangan Indonesia yang baru buka hari ini mungkin merespon negatif terhadap berbagai isu selama libur Lebaran, terutama soal pengumuman tarif impor baru AS dan aksi balasan dari beberapa negara seperti China dan Kanada.
“Jadi, mungkin saja rupiah akan bergerak di Rp16.800 di awal perdagangan dan bisa ditutup lebih kuat di akhir perdagangan hari ini di sekitar Rp16.700,” ucap dia.
Nilai tukar rupiah pada pembukaan perdagangan hari Selasa pagi di Jakarta melemah sebesar 24 poin atau 0,14 persen menjadi Rp16.846 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.822 per dolar AS.
Baca juga: BI perkuat langkah stabilisasi rupiah dari dampak tekanan global
Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
Editor: Evi Ratnawati
Copyright © ANTARA 2025