Jakarta (ANTARA) - Pengamat Tata Kota Yayat Supriatna menilai pendatang cenderung menumpang kartu keluarga (KK) daripada menyewa tempat tinggal saat mencari pekerjaan di Jakarta.
"Yang beratnya itu adalah dia menggunakan numpang KK. Jadi, satu KK itu bisa dipakai sampai 30 rumah tangga," kata Yayat saat dihubungi di Jakarta, Senin.
Yayat menyoroti hingga kini yang menjadi masalah yakni banyaknya orang masuk ke Jakarta tanpa memakai surat-surat administrasi kependudukan.
Terlebih, mereka juga belum tentu memiliki tempat tinggal sehingga memilih menumpang di rumah keluarganya yang ada di Jakarta.
Bahkan, dia mencatat sebanyak 44 persen orang hidup di Jakarta dengan mengontrak ataupun menumpang keluarga lantaran biaya hidup yang mahal.
"Mereka sesudah pindah di Jakarta tambah berat, karena uang yang didapat belum tentu bisa hidup di Jakarta yang sangat mahal," jelasnya.
Kemudian, dia menyayangkan jika para pendatang ini hanya mengandalkan bantuan sosial dari pemerintah daripada menyiapkan kemampuan (skill) bekerja.
"Misalnya mereka datang hanya berharap bantuan, enggak akan pernah berhasil, sedangkan kalau mereka hanya sekedar datang, cari makan, bisa bertahan namun untuk hidup sejahtera masih jauh," ujarnya.
Maka itu, dia mengimbau agar para pendatang setidaknya menyiapkan dua bekal yakni memiliki pekerjaan layak dan tempat tinggal jika ingin bersaing di Jakarta.
Berdasarkan data dari Dinas Dukcapil DKI, sebanyak 1.089 pendatang baru masuk ke Jakarta pada periode Selasa (8/4) - Senin (14/4).
Dari jumlah tersebut, 573 di antaranya adalah perempuan dan 516 laki-laki.
Wilayah yang menjadi tujuan terbanyak yakni Jakarta Timur. Disusul Jakarta Selatan, Jakarta Barat, Jakarta Utara, Jakarta Pusat dan Kepulauan Seribu.
Baca juga: Dukcapil Jaksel awasi data pendatang baru lewat daring
Baca juga: 148 pendatang pindah ke Jakarta Selatan pasca libur Lebaran
Baca juga: Dukcapil Jaksel ingatkan pendatang baru harus punya surat pindah
Pewarta: Luthfia Miranda Putri
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2025