Belakangan ini, kita dikejutkan oleh sejumlah kasus yang melibatkan anak sebagai korbannya. Sebut saja kasus penelantaran anak berinisial D di kawasan Citra Gran Cibubur, Jawa Barat, atau kasus tragis yang menimpa anak bernama Angeline, yang ditemukan tewas di halaman belakang rumah ibu angkatnya di Bali.

Peristiwa tersebut tentu saja membuat miris dan prihatin semua pihak karena sesungguhnya anak adalah anugerah sekaligus amanah yang diberikan Allah SWT kepada setiap orang tua yang harus dijaga. 

Dalam pandangan Islam, sepasang suami istri yang sudah diberi anugerah berupa anak, memiliki tanggung jawab yang cukup besar dalam menjalankan kewajibannya terhadap anaknya. Anak merupakan “titipan” Allah, sehingga ibu dan ayahnya wajib membimbing anak-anaknya agar tidak tersesat ke jalan yang tidak diridhai-Nya.

Rasulullah SAW mengajarkan bahwa ada dua hal potensial yang akan mewarnai dan membentuk kepribadian anak yaitu orang tua yang melahirkannya dan lingkungan yang membesarkannya.

Di sisi lain, setidaknya ada tiga kewajiban kedua orang tua terhadap anaknya, yaitu memberi nafkah, menyuruh anak-anak untuk mendirikan shalat --dalam arti menanamkan akidah yang benar terhadap anak-anaknya agar jangan sampai syirik--, serta mencarikan jodoh apabila anak sudah dewasa.

Suatu ketika, Amirul Mukminin Umar bin Khaththab RA didatangi seorang tamu lelaki beserta anaknya yang mengadukan kenakalan anaknya itu. "Anakku ini sangat bandel," tuturnya kesal.

Umar berkata, "Hai Fulan, apakah kamu tidak takut kepada Allah karena berani melawan ayahmu dan tidak memenuhi hak ayahmu?" Anak yang pintar ini menjawab, "Wahai Amirul Mukminin, apakah orang tua tidak punya kewajiban memenuhi hak anak?"

Lalu Amirul Mukminin mengatakan, "Ada tiga, yakni pertama, memilihkan ibu yang baik, jangan sampai kelak terhina akibat ibunya. Kedua, memilihkan nama yang baik. Ketiga, mendidik mereka dengan Al Qur’an."

Setelah mendengar apa yang disampaikan Khalifah Umar, anak tersebut mengatakan, "Demi Allah, ayahku tidak memilihkan ibu yang baik bagiku, akupun diberi nama 'Kelelawar Jantan', sedang dia juga mengabaikan pendidikan Islam padaku. Bahkan walau satu ayatpun aku tidak pernah diajari olehnya. 

Kemudian Umar menoleh kepada ayahnya seraya mengatakan, "Kau telah berbuat durhaka kepada anakmu, sebelum ia berani kepadamu…."

Kisah tersebut mengajarkan bahwa Islam juga mengatur tanggung jawab orangtua khususnya sebagai pendidik bagi anak-anaknya, untuk mempersiapkan anak secara mental, moral, spiritual dan etos sosial agar anak dapat mencapai kematangan yang sempurna.

Salah satu metode penting dalam mendidik anak adalah memberikan keteladanan, karena disadari atau tidak, sikap dan tingkah laku orangtua selaku pendidik akan ditiru oleh anak. Di sinilah, peran penting orangtua dalam membentuk karakter sang anak. 

Jika orangtua memperlihatkan sikap jujur, dapat dipercaya, berakhlak mulia, berani dan menjauhkan diri dari hal-hal yang bertentangan dengan agama, maka si anak juga akan tumbuh dalam kejujuran, terbentuk dengan akhlak mulia, berani dan menjauhkan diri dari hal-hal yang bertentangan dengan agama. Begitu pula sebaliknya, jika orangtua mempertontonkan sikap dan perilaku yang buruk, tentu sang anak juga akan berperilaku yang sama, mencontoh apa yang dilihatnya.

Oleh sebab itu, sangatlah mudah bagi orangtua atau para pendidik untuk mengajari anak-anak dengan berbagai materi pendidikan, tetapi akan teramat sulit bagi anak untuk melaksanakannya manakala ia melihat orang yang mengajarkannya tidak mengamalkannya. Wallaahu a’lam.

Arief Mujayatno

Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2015