Padang. (ANTARA) - Pagi itu selepas subuh, Veri bersama tiga anak dan istrinya segera bersiap berangkat ke Tempat Pemakaman Umum Tunggul Hitam Padang, Sumatera Barat.

Srtiap sepekan menjelang Ramadhan, termasuk 1440 Hijriah ini, ziarah kubur ke makam orang tua menjadi agenda rutin yang telah dilakoni warga Padang tersebut sejak 10 tahun terakhir.

Tak lupa ia singgah ke Pasar Raya Padang membeli kembang, bunga melati, pengharum serta membawa cangkul kecil dari rumah.

Tiba di TPU Tunggul Hitam yang merupakan salah satu kompleks pemakaman terbesar di Padang, suasananya ramai oleh warga yang juga berziarah.

Membersihkan rerumputan yang tumbuh di tanah kuburan orang tuanya, tak lupa ia pun menaburkan kembang dan mengajak anggota keluarganya berdoa.

Ia tak kuasa menahan air mata teringat kenangan saat orang tua masih hidup dan bisa melaksanakan Ramadhan bersama. Kini yang bisa dilakukan hanya ziarah ke makam orang tua paling kurang sekali setahun.

Bagi warga Padang ziarah kubur menjadi tradisi rutin yang dilakukan sebagai salah satu cara menyambut Ramadhan. Karena itu sepekan menjelang Ramadhan pemakaman umum yang ada di Padang ramai dikunjungi peziarah yaitu TPU Tunggul Hitam dan TPU Air Dingin.

Tradisi ini juga menjadi berkah bagi pedagang kembang karena para peziarah lazimnya akan menabur bunga di atas makam.
Seorang ibu membakar lemang atau "Malamang" menyambut bulan Ramadhan di depan rumahnya, di Lambungbukik, Pauh, Padang, Sumatera Barat, Kamis (2/5/2019) (Antara Sumbar/Iggoy El Fitra)


Malamang

Lain lagi dengan warga Kecamatan Pauh kota Padang, Sumatera Barat malamang atau membuat lemang menjadi tradisi menyambut Ramadhan.

Lemang yang telah dimasak tersebut kemudian diantar ke rumah saudara atau jadi bawaan dalam prosesi "manjalang mintuo".

Biasanya memasak penganan yang terbuat dari beras ketan itu dilakukan sepekan hingga sehari menjelang masuknya bulan Ramadhan.

Proses pembuatan lemang dimulai dari mencuci sipuluik atau beras ketan, kemudian dikeringkan, lalu dimasukkan ke dalam bambu sepanjang 60 centimeter yang sebelumnya telah diberi alas daun pisang muda.

Setelah itu diberi santan, garam dan vanila secukupnya kemudian dimasak menggunakan kayu bakar.

Proses membuat lemang hingga masak atau matang bisa memakan waktu sekitar lima jam dengan api kecil.

Lemang yang sedang dibuat ini ada tiga rasa, yaitu rasa pisang, ketan, dan lamang galamai yang terbuat dari tepung beras.

Lemang kemudian dibawa sebagai buah tangan ke rumah mertua oleh menantu.

Manjalang mintuo menjadi agenda wajib bagi warga Padang karena merupakan sarana silaturahmi dengan keluarga mertua sekaligus meminta maaf menjelang Ramadhan.
rendang Padang (Antara Sumbar/istimewa)

Memasak Rendang

Memasak menu istimewa yaitu rendang juga menjadi tradisi rutin bagi warga Padang dalam menyambut Ramadhan.

Bagi Nurlina, warga Padang, rendang daging sapi adalah menu wajib yang harus dihidangkan untuk menyambut hari pertama bulan Ramadhan.

"Ada yang kurang jika puasa pertama tidak ada rendang di meja makan untuk santap sahur dan berbuka," ujarnya.

Bagi warga Padang memasak dan menyantap makanan terenak di dunia versi CNN merupakan wujud syukur dan kebahagian menyambut hari baik bulan baik.

Tidak hanya itu, bagi warga yang memiliki anak atau saudara yang merantau ke luar Sumbar biasanya mereka akan mengirim rendang menggunakan jasa pengiriman.

Seorang warga Padang, Diana, rutin mengirimkan paket rendang untuk anaknya yang kuliah di Bandung.

Melalui jasa pengiriman ia mengirim satu kilogram rendang yang sudah dikemas rapi sebagai bekal untuk anaknya di Bandung.

"Ini sudah rutin, setiap awal Ramadhan anak saya selalu dikirim rendang, biar pun hari pertama puasa tidak bersama, ia bisa makan rendang di rantau," ujar dia.

Tradisi "marandang" menjadi peluang rezeki bagi pedagang daging sapi musiman yang biasanya hanya berjualan pada momen tertentu.

Di beberapa lokasi strategis seperti di pinggir jalan di kawasan Pauh, Kuranji, Kalawi, Anduring, Andaleh, Parak Gadang, dan Lubuk Begalung bermunculan pedagang daging sapi sehari sebelum Ramadhan.

Rendang dan Ramadhan adalah sesuatu yang tak dapat dipisahkan bagi warga Padang karena masakan istimewa itu menjadi salah satu menu rutin yang hadir di meja makan menyambut hari baik bulan baik bagi umat Islam.
Masyarakat melakukan tradisi balimau di salah satu sungai di Padang (Antara Sumbar/Maril Gafur)


Balimau

Sehari sebelum memasuki Ramadhan balimau juga menjadi salah satu tradisi rutin yang dilakoni warga Padang.

Tradisi balimau oleh warga diyakini dapat menyucikan diri guna memasuki bulan Ramadhan, yakni dengan mandi di sungai menggunakan jeruk nipis dan harum-haruman, dilakukan sehari sebelum datangnya Ramadhan.

Puncak balimau biasanya berlangsung sekitar pukul 17.00-18.00 WIB.

Di Padang lokasi yang menjadi tempat balimau mulai dari Sungai Lubuk Minturun, Sungai Lubuk Paraku, Sungai Gunung Nago, Pantai Padang, Pantai Air Manis, Pantai Nirwana.

Kendati sejumlah pihak menilai tradisi ini tidak sesuai dengan ajaran Islam karena tidak ada anjurannya, Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno meminta tradisi balimau jangan dikaitkan dengan agama karena akan menimbulkan pro dan kontra di tengah masyarakat.

“Kalau dikaitkan dengan agama tentu tradisi ini akan menimbulkan keresahan karena dibilang dekat dengan tradisi Hindu yang menyucikan diri di Sungai Gangga, sementara mayoritas masyarakat di Sumbar adalah muslim,” kata dia.

Ia mengimbau tradisi balimau ini sebaiknya diambil dari sisi budaya dan kebiasaan yang dilakukan masyarakat Sumbar dalam menyambut bulan puasa setiap tahunnya.

Menyambut Ramadhan 1440 Hijriah Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Padang meminta pemerintah kota menciptakan suasana kondusif dengan menertibkan tempat hiburan malam selama puasa agar umat Islam bisa optimal melaksanakan ibadah.

"Kami minta pemkot Padang menertibkan tempat hiburan malam dan mengimbau pengelola restoran serta rumah makan agar tidak berjualan di siang hari, kata Sekretaris MUI Kota Padang Mulyadi Muslim

Ia juga meminta penganut agama lain bertoleransi dan menghargai bulan Ramadhan dengan tidak melakukan kegiatan makan minum terbuka di tempat umum dan praktik lain yang akan merusak ibadah puasa.

Ramadhan adalah bulan ibadah mari menghargai umat Islam yang sedangkan melaksanakan Puasa Ramadhan dengan menjaga ketertiban, kenyamanan, ujar dia.

MUI juga mengajak ulama, mubaligh, pengurus masjid, mushala, komunitas umat untuk mensyiarkan Ramadhan dengan ibadah, dakwah, infak, sedekah, baca Al Quran, amal kebaikan.

Masyarakat juga diminta menjauhi pola hidup konsumtif, berlebih-lebihan, menegakkan akhlak mulia, tidak berfoya-foya dalam berbuka, dan tidak melakukan praktek keagamaan yang tidak ada dalilnya, ujarnya.

Ia mengajak masyarakat menyongsong Ramadhan dengan tenang serta menjaga kesederhanaan dalam menyambut Idul Fitri.

Kepada pengurus masjid, mushalla, sekolah dan tempat pendidikan diminta untuk mengisi bulan Ramadhan dengan Pesantren Ramadhan, pendidikan dan pelatihan keagamaan, pengawasan ibadah puasa, baca Al Quran dan pembiasaan ibadah bagi anak didik, kata dia menambahkan.

Editor: Tunggul Susilo
Copyright © ANTARA 2019