besok pagi (6/5) kita berpuasa, jadi kita laksanakan shalat tarawihMeulaboh, Aceh (ANTARA) - Berbagai cara dilakukan masyarakat di Kabupaten Aceh Barat dalam menyambut Ramadhan 1440 Hijriah. Ada yang bergotong-royong, ada pula mandi laut bersama keluarga dengan niatan membersihkan diri sebelum memulai ibadah puasa.
Mereka datang ke pantai untuk mandi laut sambil membawa makanan untuk disantap bersama-sama, sebelum esok hari menahan lapar, haus, dan segala macam cobaan hawa nafsu yang bisa membatalkan puasa dan pahala puasa.
Asal mula kebiasaan datang ke pantai, berdasarkan literatur sejarah, bahwa ulama di Aceh sebelum berpuasa akan datang ke pantai melakukan rukyatulhilal atau melihat anak Bulan. Kebiasaan ini sampai sekarang masih dilakukan.
Kini masyarakat rela berdesak-desakan datang ke objek wisata pantai untuk mandi bersama keluarga. Mereka yang datang ke pantai untuk mandi laut itu dari berbagai kalangan, baik tua, muda hingga anak-anak.
Selain mandi laut, kebiasan masyarakat di Aceh Barat, Nagan Raya, Aceh Selatan saat menyambut Bulan Puasa, juga ada yang datang ke sungai-sungai, dengan membawa bekal makanan khas daerah setempat, seperti tapai ketan dan ketupat serta lemang.
Masyarakat membawa kuliner khas meugang atau punggahan yakni daging kerbau/sapi, yang memang sengaja dimasak untuk disantap bersama pada hari libur bersama, akhir Bulan Sya'ban sebelum masuk Ramadhan.
Sejak pagi, masyarakat berdatangan ke objek wisata, sebagaimana ke kawasan Pantai Lhok Bubon yang menjadi padat. Meskipun cuaca sedikit mendung, masyarakat dari berbagai kalangan tetap datang ke tempat itu. Mereka duduk bersila di pinggir pantai itu bersama keluarga.
"Setiap tahun menyambut puasa Ramadhan kami selalu ke mari, pertama karena jarak tempuh dari Kota Meulaboh lumayan dekat, kemudian di pantai ini masih sangat aman kalau anak-anak mandi di laut," kata pengunjung objek wisata Lhok Bubon, Yusna.
Untuk memastikan keamanan masyarakat berada di pantai, Pemkab Aceh Barat melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) menempatkan petugas. Petugas memantau aktivitas masyarakat yang mandi di objek wisata pantai itu.
Koordinator Satgas Rescue BPBD Aceh Barat, Kismar, mengatakan sudah menjadi tradisi setiap menjelang Bulan Puasa, masyarakat Aceh Barat memadati objek wisata pantai setempat untuk mandi bersama di laut.
"Hari ini kita ada lima titik memantau aktivitas masyarakat, imbauan larangan mandi di laut tidak ada, tapi kita dibentuk untuk mengawasi dan menolong apabila memang ada warga yang mengalami kecelakaan di laut," katanya.
Ditemui di objek wisata Pantai Lhok Bubon, Kecamatan Samatiga, Kabupaten Aceh Barat, Kismar, bersama sejumlah petugas BPBD siaga dengan semua kelengkapan memantau aktivitas masyarakat yang mandi di laut.
Ada pun lima titik objek wisata yang dipantau BPBD, yakni Pantai Lhok Bubon, Kuala Bubon, Ujung Karang, Lam Naga, dan Suak Geudebang. Kelima objek wisata tersebut ramai dikunjungi wisatawan lokal.
Kismar berkata, hingga sore hari tidak ditemukan adanya warga yang mengalami kecelakaan di laut, walaupun gelombang di beberapa lokasi permandian anak-anak sedikit mengkhawatirkan. Akan tetapi, tidak ada korban.
"Kita belajar dari pengalaman tahun-tahun sebelumnya, biasanya saat momen padat seperti ini ada kecelakaan orang tenggelam, alhamdulillah hasil koordinasi kami di beberapa titik lokasi, hari ini aman, tidak ada musibah," kata dia.
Rukyatulhilal
Sebagai salah satu syarat sebelum melaksanakan puasa Ramadhan adalah rukyatulhilal atau melihat anak Bulan. Ini merupakan perintah agama Islam dalam hadis Nabi Muhammad SAW, "Berpuasalah kamu karena melihat Bulan, berbukalah ketika melihat Bulan, apabila mendung, maka sempurnakanlah jumlah bilangan Bulan".
Pengertian hadis riwayat HR Bukhari dan Imam Muslim tersebut, sudah menjadi pegangan kuat bagi umat Muslim. Ketika anak Bulan tidak nampak terlihat secara kasat mata maupun menggunakan teleskop, maka bisa-bisa awal puasa ditunda.
Umat Muslim dengan berbagai paham (tarekat) di Kabupaten Aceh Barat melaksanakan shalat sunat tarawih berjamaah setelah tokoh agama dan ulama daerah setempat menetapkan 1 Ramadhan 1440 Hjiriah, jatuh pada Minggu (5/5) bakda maghrib.
Para ulama dan tokoh masyarakat, santri, dan muspida di Aceh Barat melaksanakan rukyatulhilal sebagai tanda masukknya awal Ramadhan tahun ini di Pantai Suak Geudeubang, Kecamatan Samatiga, Minggu (5/5) petang.
"Karena hilal tidak terlihat, maka keputusan sementara besok (Senin) kita tidak berpuasa, tapi kalau nanti pada akhirnya ada keputusan lain maka akan ada perubahan," kata salah satu tokoh ulama Aceh Barat, Abu Arifin. saat rukyatulhilal.
Semua peserta secara kasat mata dan penggunaan teleskop saat rukyatulhilal tidak melihat anak Bulan sehingga diambil satu kesimpulan sementara sambil menanti hasil pengamatan lain di wilayah barat selatan Aceh.
Jamaah shalat isya di Masjid Babussalam Kota Meulaboh hingga pukul 20.30 WIB masih menanti kepastian untuk dimulainya shalat tawarwih. Hal itu, berbeda dengan beberapa masjid lain di Aceh Barat yang terdengar sudah menggemakan takbir selawat tarawih.
Pada pukul 21.00 WIB, tiba informasi dari pemuka agama di Labuhanhaji, Kabupaten Aceh Selatan, bahwa ada beberapa daerah yang bisa dijadikan rujukan karena dari tempat itu terlihat anak Bulan sebagai tanda 1 Ramadhan 1440 Hijriah.
"Mohon maaf kepada seluruh jamaah, kita menanti informasi akurat dari guru sebagai panutan. Pesan dari Abuya Amran Wali, bahwa besok pagi (6/5) kita berpuasa, jadi kita laksanakan shalat tarawih," kata tokoh agama melalui pengeras suara di masjid itu.
Di Kabupaten Aceh Barat pelaksanana puasa tahun ini tetap saja ada yang tidak serentak sebagaimana ketetapan yang telah dikeluarkan oleh Kementerian Agama Republik Indonesia bahwa 1 Ramadhan 1440 Hijriah jatuh pada Minggu (5/5) bakda maghrib sehingga pada Senin (6/5) umat berpuasa.
Sebagaimana dilaksanakan oleh umat Muslim berpaham "Tariqah Syattariah", pengikut Habib Muda Seunagan, Kabupaten Nagan Raya tersebut telah memulai puasa pertama pada Sabtu (4/5) dan juga sudah lebih awal melaksanakan shalat tarawih.
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2019