Kami merasa kewalahan melayani permintaan para pedagang pengecer
Lebak (ANTARA) - Pedagang kolang-kaling di Pasar Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Banten, diserbu pembeli untuk campuran kolak, penganan khas berbuka puasa pada Bulan Ramadhan.

"Hari pertama puasa Ramadhan ini sebanyak dua kuintal kolang-kaling habis terjual dengan harga Rp15.000 per liter," kata Mumun, seorang pedagang di Pasar Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Banten, Senin.

Selama ini, permintaan kolang-kaling cenderung meningkat untuk konsumsi makanan berbuka puasa. Masyarakat sudah menjadikan tradisi setiap Ramadhan selalu mencari kolang-kaling yang berasal dari pohon aren itu.

Kebanyakan para konsumen menjadikan kolang-kaling sebagai campuran makanan maupun minuman.  Selain itu, ia mengatakan, kolang-kaling juga bermanfaat untuk penguatan tulang dan pencernaan.

Mumun mengatakan usaha menjual kolang-kaling tersebut sangat membantu ekonomi keluarganya.

Sementara itu, Udin yang mengaku telah berjualan kolang-kaling sejak tujuh tahun terakhir selama Ramadhan mengatakan berjualan kolang-kaling termasuk menguntungkan.

"Kami tahun lalu bisa membangun rumah dari hasil berjualan kolang-kaling itu," katanya.

Hal senada dikemukakan Samun, seorang pengumpul kolang kaling di Rangkasbitung. Ia mengaku setiap hari bisa meraup keuntungan sekitar Rp1,5 sampai Rp2 juta juta per hari.

Ia memperoleh kolang-kaling dari petani di Kecamatan Sobang, Cigemblong, Cibeber, Cirinten, Muncang, dan Cijaku, yang merupakan sentra perkebunan aren dan sentra produksi gula aren.

"Kami sehari bisa menjual antara 2-4 ton dengan harga Rp12.000 per kilogram," katanya.

Menurut dia, kualitas kolang-kaling Kabupaten Lebak cukup bagus sehingga banyak permintaan dari Pasar Rangkasbitung hingga Tangerang.

Namun, lanjut dia, tingginya permintaan kolang-kaling hanya selama Ramadhan saja, sehingga para pedagang hanya bisa mendulang untung pada bulan suci itu saja karena permintaan cenderung meningkat.

"Kami merasa kewalahan melayani permintaan para pedagang pengecer," kata Samun.
 

Pewarta: Mansyur suryana
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019