"Kami telah mengambil kebijakan selama Ramadhan air mancur itu tidak dihidupkan agar konsentrasi masyarakat tidak terganggu," kata Wakil Wali Kota Bukittiggi Irwandi di Bukittinggi, Kamis.
Ia menjelaskan pada hari biasa air mancur menari itu dihidupkan pada rentang waktu pukul 19.00 hingga 21.30 WIB agar menjadi daya tarik pada malam hari di jantung Ibu Kota Bukittinggi.
Namun pada Ramadhan ini rentang waktu itu umat Islam sedang melaksanakan ibadah tarawih maka dimatikan dulu agar tidak mengganggu masyarakat yang sedang beribadah.
Ia meyakini keputusan mematikan air mancur menari itu selama Ramadhan tidak akan berpengaruh terhadap kunjungan wisatawan ke kota itu.
"Air mancur menari itu hanya salah satu penambah kecantikan kawasan Jam Gadang, jadi saya yakin tidak akan berdampak pada kunjungan wisata kita," ujar dia.
Sesuai pertimbangan pemerintah kota, nantinya seminggu jelang Lebaran air mancur menari itu akan kembali dihidupkan, karena pada saat itu kunjungan wisatawan juga akan lebih banyak, karena menjadi daya tarik wisatawan saat malam hari.
Sementara Wakil Gubernur Sumbar Nasrul Abit menyambut baik kebijakan yang dikeluarkan Pemkot Bukittinggi karena selama Ramadhan masyarakat memang harus fokus kepada ibadah.
Dengan adanya daya tarik baru di kawasan Jam Gadang, ia berpesan agar Pemkot Bukittinggi dapat mengantisipasi kepadatan lalu lintas di kawasan itu, terutama jelang, saat dan sesudah Lebaran.
"Pasti banyak masyarakat yang berkunjung ke kota itu, terutama setelah direnovasi. Jadi harus ada langkah antisipasi," katanya.
Baca juga: Baznas Bukittinggi salurkan zakat bagi petugas kebersihan
Baca juga: Mencicipi Aia Aka, minuman khas Bukittinggi
Baca juga: Objek wisata Taman Jam Gadang ramai pengunjung
Pewarta: Syahrul Rahmat
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2019