"Sedih saja rasanya jika meninggalkan puasa, In sya Allah kuat menjalankannya. Puasa itu tidak memberatkan. Orang-orang pada melaksanakan puasa, jadi saya merasa malu jika dilihat orang tidak berpuasa," kata dia di Padang, Kamis.
Meskipun panas terik, Patma bersama anak dan cucunya tetap semangat berjalan memungut sampah dari Plaza Andalas menuju pasar raya, dan dilanjutkan lagi ke Sawahan yang berjarak sekitar satu kilometer.
Sesampai di Sawahan, karung mereka telah dipenuhi dengan botol-botol plastik yang siap dibawa ke tempat pengumpul barang bekas di Pasar Gadang untuk dijual.
ketika sedang mengumpulkan barang bekas tak jarang dia jumpai masyarakat yang bersedekah berupa makanan.
Botol plastik tersebut dijual Rp2.000 per kilogram. Berat karung tersebut biasanya lima kilogram. Jadi, penghasilan mereka sehari hanya Rp10.000.
Pekerjaan sebagai seorang pemulung telah ditekuninya semenjak tahun 2012. Dia berharap di bulan Ramadhan ini bisa membuka usaha penjualan bensin di pinggir jalan.
Di usianya yang semakin tua, tentunya tidak sekuat dulu.
“Tidak sanggup lagi rasanya menyusuri kota Padang berjalan dari bak sampah ke bak sampah lainnya, sementara jaraknya jauh. Kaki ini sudah tidak kuat lagi berjalan, apa lagi kalau saat puasa dan panas begini,” kata dia.
Akan tetapi modal untuk membuka usaha tersebut tidak sedikit. Sementara penghasilannya hanya Rp300.000 per bulan.
“Jangankan untuk modal usaha, kebutuhan sehari-hari saja tidak tertutupi,” kata dia.
Di samping itu, dia juga membutuhkan biaya untuk mendaftarkan cucunya ke sekolah dasar. Akan tetapi untuk saat ini uang tersebut masih belum didapatkan.
Semoga para dermawan bermurah hati menyisihkan sedikit rezekinya di bulan yang penuh berkah ini. Sehingga dapat dijadikan sebagai modal awal usaha, harap Patma.
***3***
Pewarta: Laila Syafarud
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2019