"Dari hasil pengawasan di lapangan memang belum ditemukan adanya daging sapi gelonggongan, namun masyarakat tetap harus mewaspadai," kata Kepala Dinas Pertanian dan pangan Kabupaten Kudus Catur Sulistianto melalui Kepala Seksi Peternakan Sidi Purnomo di Kudus, Jumat.
Ia mengungkapkan di pasaran memang ditemukan daging dengan kandungan air hingga 70 persen dari Kabupaten Boyolali atau paling tinggi di pasaran.
Angka tersebut, kata dia, memang masih dalam batas ideal, namun dibandingkan dengan daerah lain yang juga memasok daging sapi untuk Kabupaten Kudus rata-rata kandungan airnya berkisar 50-an persen.
Berdasarkan penuturan para pedagang makanan, kata dia, daging sapi dengan kandungan air hingga 70 persen tidak bisa digunakan sebagai bahan baku untuk membuat bakso.
Untuk memastikan apakah daging sapi yang dijual di Kudus layak konsumsi atau tidak, dilakukan pengecekan mulai dari kelengkapan surat-surat dari rumah pemotongan hewan (RPH) setempat serta mengecek kualitas serta tingkat potentia Hydrogenii (pH) daging dengan alat khusus.
Menurut dia kewaspadaan konsumen dalam membeli, kata dia, bisa turut menekan peredaran daging sapi gelonggongan karena ketika konsumen tidak mau membeli daging yang tidak berkualitas, tentunya pedagang juga tidak akan memesan daging sapi gelonggongan.
"Tidak sulit membedakan daging sapi gelonggongan dengan daging sapi segar karena dari sisi penampilan bisa dilihat bahwa daging sapi gelonggongan tampak berair dan berwarna pucat," ujarnya.
Kebutuhan daging sapi maupun kerbau di Kudus, sebagian berasal dari luar daerah, seperti dari Kabupaten Pati, Jepara, Demak serta Boyolali.
Baca juga: Sidak Disperindag Kudus tidak temukan makanan kedaluwarsa
Pewarta: Akhmad Nazaruddin
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2019