“Di pangkalan sih ada, tapi di warung-warung kosong. Nah kalau di pangkalan tidak datang, jadi susah mencarinya,” ujar Sanupe, salah seorang warga setempat, Jumat.
Warga harus berburu gas melon sampai ke luar wilayah desa, itu pun harganya jauh dari standar yang ditetapkan pemerintah. “Harganya bisa Rp40 ribu sampai Rp45 ribu,” katanya.
Tak heran ia bersama warga lainnya antusias menyerbu operasi pasar elpiji tiga kilogram yang dilaksanakan di halaman balai desa. Mereka rela mengantre untuk mendapatkan satu atau dua buah tabung seharga Rp23.650. Operasi pasar digelar PT Hj Harmiyani Jailani yang mendapat alokasi dari Pertamina sebanyak 560 buah tabung.
“Operasi pasar ini instruksi dari Pertamina, kita dapat jatah satu truk, kebetulan lokasinya kami pilih di Sarang Tiung,” terang Syamsuri Umar, perwakilan PT HHJ.
Di sisi lain, pihaknya menepis adanya kelangkaan elpiji bersubsidi seperti yang dikeluhkan masyarakat. Pasalnya selama bulan puasa ini tidak ada kendala distribusi dari Pertamina, sebaliknya justru ada penambahan pasokan untuk mengantisipasi peningkatan konsumsi masyarakat.
“Ada tambahan dua truk istilahnya sebagai cadangan, kita suplai tergantung permintaan masyarakat ke pangkalan supaya jangan ada kelangkaan,” ungkapnya.
Selain tambahan pasokan, operasi pasar juga menjadi upaya untuk mencegah terjadinya kelangkaan elpiji tiga kilogram selama bulan puasa ini. Operasi pasar dilaksanakan melalui tiga agen yang ada di Kabupaten Kotabaru di beberapa wilayah kecamatan. ***3***
Pewarta: Imam Hanafi
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2019