Kami harap dengan adanya pasokan produk hewan ASUH (Aman, Sehat, Utuh, dan Halal) dalam jumlah yang cukup dan harga terjangkau, maka masyarakat dapat merayakan Lebaran dengan tenang
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pertanian memastikan stok ketersediaan daging sapi dan kerbau untuk memenuhi kebutuhan konsumsi hingga Hari Raya Idul Fitri 1440 H terbilang aman dengan perhitungan surplus sebesar 2.450 ton.

Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, I Ketut Diarmita pada diskusi di Kantor Pusat Kementerian Pertanian Jakarta, Jumat, menyebutkan prediksi kebutuhan nasional pada Mei-Juni 2019 sebanyak 123.105 ton.

Kebutuhan ini akan dipenuhi melalui ketersediaan daging sapi lokal sebesar 72.576 ton, sedangkan sisanya dipenuhi melalui stok persediaan dan impor yang didatangkan pada Juni mendatang.

"Kebutuhan ini akan dipenuhi oleh produksi sapi lokal 72.576 ton, stok persediaan 40.620 ton, dan rencana pemasukan daging sapi impor dan jeroan pada bulan Juni sekitar 12.359 ton. Dengan demikian, persediaan daging sebesar 52.979, atau surplus 2.450 ton," kata Ketut. 

Ketut mengakui bahwa saat ini Indonesia hanya mampu memenuhi 67 persen dari kebutuhan konsumsi daging sapi dan kerbau, sedangkan sisanya dipenuhi melalui impor dari Australia dan India.

Dalam menghadapi Puasa dan Idul Fitri 2019, Kementan mencatat pemenuhan kebutuhan daging antara lain dari stok sapi dan kerbau siap potong bulan Mei sebanyak 16.251 ton; stok sapi bakalan Juni sebanyak 12.946 ton.

Kemudian, stok daging sapi di gudang importir sebanyak 8.438 ton; stok jeroan sapi 1.099 ton; rencana pemasukan daging sapi impor dan jeroan bulan Juni sebesar 12.359 ton; dan stok daging kerbau di Bulog bulan Mei 2.886 ton. Total pemenuhan sebanyak 52.979 ton. Ada pun kekurangan (defisit) daging sapi sebanyak 50.529 ton sehingga terdapat surplus 2.450 ton.

Dalam menjaga ketersediaan serta stabilitas harga pangan, Ketut menjelaskan bahwa pemerintah mewaspadai tiga aspek utama yaitu kecukupan stok, distribusi dan kenaikan permintaan.

Kementan berkoordinasi dengan instansi terkait, untuk melakukan penghitungan "supply-demand" bahan pangan pokok (daging sapi/kerbau, daging ayam dan telur) secara periodik, dalam Rapat Koordinasi Teknis yang dikoordinir Kemenko Perekonomian bersama Kemendag, Kemenperin dan BPS.

Untuk pemenuhan kebutuhan daging sapi nasional, pemerintah berupaya meningkatkan populasi dan produktivitas sapi dengan program Upsus Siwab dan pembenahan tata niaga ternak dan daging sapi.

Hal itu dilakukan dengan penguatan kelembagaan peternak sapi lokal dalam pemasaran melalui koperasi peternak, revitalisasi fungsi pasar ternak dan RPH sebagai penunjang tata niaga, Pemanfaatan kapal ternak, dan Pembangunan holding ground untuk kelancaran distribusi sapi dan daging sapi.

Khusus terkait pemantauan harga, Ditjen PKH melalui Petugas Pelayanan Informasi Pasar (PIP) terus melakukan pemantauan data harga di 158 kabupaten/kota, utamanya untuk komoditas sapi hidup, ayam ras, telur ayam ras di tingkat produsen.

Adapun harga tingkat konsumen diperoleh melalui koordinasi dengan Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementerian Pertanian dan Kementerian Perdagangan.

Ketut mengungkapkan Kementan juga mengantisipasi potensi praktik penyimpangan dan pemalsuan produk hewan di sepanjang rantai produksi produk hewan, mengoptimalkan kegiatan pengawasan dan penyidikan terhadap setiap temuan, serta mengkoordinasikan kegiatan pengawasan dengan Laboratorium Kesmavet Pusat/Daerah untuk dukungan fungsi pengujian.

"Kami harap dengan adanya pasokan produk hewan ASUH (Aman, Sehat, Utuh, dan Halal) dalam jumlah yang cukup dan harga terjangkau, maka masyarakat dapat merayakan Lebaran dengan tenang," kata Ketut.

 

Pewarta: Mentari Dwi Gayati
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2019