Pemerintah pada 3 sampai 5 bulan sebelum Lebaran telah merencanakan adanya peningkatan produksi, yakni dengan menambah luas lahan tanam berbagai komoditas pangan
Jakarta (ANTARA) - Berdasarkan hasil perhitungan Prognosa Ketersediaan dan Kebutuhan Pangan Pokok Strategis Selama Bulan Puasa dan Idul Fitri 2019, yang dilakukan Badan Ketahanan Pangan, Kementerian Pertanian, ketersediaan bahan pangan cukup dan aman, sehingga konsumen dapat tenang.

"Pemerintah pada 3 sampai 5 bulan sebelum Lebaran telah merencanakan adanya peningkatan produksi, yakni dengan menambah luas lahan tanam berbagai komoditas pangan," kata Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian, Agung Hendriadi dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Selasa.

Beberapa komoditas pangan mengalami neraca surplus. Stok beras saat ini di Bulog sekitar 2 ,2 juta ton, dan panen masih berlangsung. Pemantauan stok beras di Pasar Induk Beras Cipinang Jakarta pada 28 Mei 2019 mencapai 50.752 ton, jauh di atas stok normal 25.000-30.000 ton.

Perkiraan neraca kumulatif dari Januari sampai Juni 2019, bawang merah surplus 84 ribu ton, daging ayam surplus 168 ribu ton, cabai rawit surplus 94 ribu ton, cabai besar surplus 158 ribu ton, telur ayam surplus 17 ribu ton, gula pasir surplus 388 ribu ton, dan minyak goreng surplus 13,5 juta ton.

Perkembangan harga tingkat eceran di wilayah DKI Jakarta sampai dengan awal Juni 2019, untuk komoditas beras, telur ayam ras, daging sapi, gula pasir dan minyak goreng stabil dan normal.

Bawang putih, bawang merah, cabai merah dan cabai rawit mengalami penurunan cukup signifikan dibandingkan minggu pertama-kedua Mei.

Kementan tercatat telah melaksanakan Operasi Pasar di 100 titik di berbagai wilayah dan Gelar Pangan Murah (GPM) yang bersinergi dengan Pemda DKI, PD Pasar Jaya, asosiasi/suppplier dan importir, terutama di pasar eceran, dan lingkungan pemukiman.

Sampai dengan akhir Mei 2019, kegiatan GPM tersebar di 31 provinsi dengan melibatkan 1.899 Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani) dan 4.381 Toko Tani Indonesia (TTI) ini telah diterima dan mendapat sambutan hangat dari masyarakat, terutama kalangan menengah ke bawah, karena komoditas yang dijual ke konsumen terjangkau dan berkualitas.

Untuk beras misalnya, dijual kisaran Rp8.500-Rp8.800 per kilogram di seluruh Indonesia. Bahkan TTI Center (TTIC) yang berada di ibukota provinsi selain menjual beras juga menjual cabai, bawang merah, bawang putih, daging sapi, daging ayam, telur ayam, gula, dan minyak goreng di bawah harga pasar.

Ditambahkan Agung, TTI/TTIC telah banyak berkiprah dalam menjual komoditas pangan dengan harga lebih murah dibanding di pasaran, karena dikirim langsung oleh petani.

"Kementan juga menjaga harga di tingkat produsen/petani karena menyangkut kesejahteraan petani. Kami bersama Bulog dan pelaku usaha melakukan pembelian langsung di petani pada harga wajar, agar petani untung," kata Agung.

Keberadaan TTI mampu memangkas mata rantai distribusi penjualan hasil pertanian yang panjang selama ini. Melalui TTI diharapkan perbaikan distribusi akan terbentuk, karena lebih mendekatkan petani dengan konsumen, sehingga petani selaku produsen memperoleh harga yang layak, dan konsumen memperoleh harga terjangkau.

Program e-commerce TTI sampai akhir Mei 2019 telah mencatat transaksi Rp11,5 miliar dan melibatkan 423 Gapoktan dan 1.172 TTI.

Agung mengatakan selama 2016-2019 pada periode Ramadhan tingkat inflasi mengalami penurunan. Tercatat sejak 2016 berturut-turut berada di level 0,69 persen (2016-2017); 0,59 persen (2018); dan 0,31 persen (2019).

 

Pewarta: Ahmad Wijaya
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2019