Dalam khotbahnya di Lapangan Detasemen Zeni Tempur 10/Waena, Rabu, dia mengatakan, kembali kepada fitrah berarti secara jujur kita melepaskan segala sikap ketergantungan, keterikatan dan sikap memperhamba diri kepada kepuasan dunia.
"Bila pintu dan jendela hati telah terbuka, maka cahaya keimanan, ketauhidan dan kesucian akan menerangi kesegala penjuru hati dan indra manusia," katanya.
Ia menyebutkan, dalam saat dan kondisi seperti inilah sifat-sifat Ilahiyah yang Maha Mulia dan Maha Tinggi, bergetar meliputi seluruh alam jagat raya.
Getarannya akan menembus ke dalam jiwa manusia, menghancurkan segala tirai yang menutupinya. Matanya akan memancarkan sinar Ilahiyah.
Maka yang demikian akan kerap kali meneteskan air mata bila disekelilingnya hadir orang yang menderita, orang yang butuh pertolongan, Orang yang sering kali lapar dan haus. Pancaran sinar rahman dan rahim-Nya akan kerap kali menggetarkan hati nuraninya.
Wujud dari kesucian/fitrah, lanjut dia, akan menumbuhkan sifat-sifat Insanul Kamil. Kembali kepada fitrah berarti kembali atau beralih dari sifat kikir kepada dermawan, dari kufur kepada syukur, dari tinggi hati kepada rendah hati, dari pendendam menjadi pemurah atau pemaaf.
Selanjutnya, dari merasa terpaksa menjadi Ikhlas, dari pesimis menjadi optimistis dari malas menjadi semangat, dari penakut menjadi pemberani, dari permusuhan manjadi persahabatan, dan dari pertikaian menjadi persaudaraan.
Ia menambahkan, sebelas bulan kedepan kita memulai kegiatan rutinitas yang bersifat keduniaan, Nilai-nilai ubudiyah yang kita peroleh pada bulan Ramadhan akankah kita manifestasikan dalam kehidupan kita sehari-hari.
"Sifat-sifat yang terbelenggu oleh keinginan yang bersifat keduniaan akan mengakibatkan seorang manusia lupa akan kebesaran Allah SWT," tambah dia.
Pewarta: Musa Abubar
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2019