Batusangkar (ANTARA) - Jorong Sikaladi Nagari Pariangan, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat memiliki tradisi yang unik dalam merayakan lebaran, salah satunya dengan merayakan Hari Rayo Enam (lebaran ke enam) di pekuburan kaum.

Perayaan itu dilakukan dengan ziarah dan berdoa bersama keluarga setelah selesai melakukan puasa enam di bulan Syawal.

Mamak Pakiah Batuah dari persukuan Pisang, di Batusangkar Kamis (13/6), mengatakan acara tersebut sudah menjadi tradisi dari nenek moyang di Jorong Sikaladi dan masih bertahan sampai saat ini.

Konon, katanya merayakan Hari Rayo Anam bermula di bawah kepemimpinan Kampuang Panji Datuak Tanjuang, kemudian turun kepada Datuak Garang, dari Datuak Garang turun temurun hingga saat ini.

Diperkirakan acara tersebut sudah diwariskan lebih kurang sekitar 400 tahun yang silam dan akan diturunkan kepada anak kemenakan di setiap generasi berikutnya.

Biasanya, masyarakat Sikaladi merayakannya pada Kamis pertama setelah puasa enam di bulan Syawal, dan puncaknya pada petang Kamis di pandam pekuburan Sipuan Raya Suku Pisang dengan menggelar do'a, zikir, dan tahlil bersama.

Mereka meyakini petang Kamis dan malam Jum'at adalah waktu kembalinya arwah nenek moyang mereka ke dunia untuk melihat anak cucunya.

Bagi masyarakat Sikaladi, Hari Rayo Enam sangat meriah jika dibandingkan dengan hari raya Idul Fitri karena saat itu seluruh anak kemenakan Jorong Sikaladi, baik yang tinggal di kampung halaman maupun di perantauan berkumpul semuanya.

Selain itu, Hari Rayo Anam juga sebagai bentuk merajut tali silaturahmi masyarakat kaum dari pesukuan itu. Dengan berkumpul bersama, seluruh masyarakat kaum dapat saling mengenal antara sesama.

Setiap rumah membawa bekal dengan talam ke pemakaman. Di dalam talam berisikan nasi bungkus untuk diserahkan kepada masyarakat yang hadir, mulai dari anak-anak hingga tokoh masyarakat dan para perantau.

Wakil Bupati Tanah Datar Zuldafri Darma saat menghadiri acara tersebut mengatakan tradisi itu adalah salah satu bentuk kekompakan masyarakat Sikaladi dalam menjaga nilai leluhurnya.

Menurut dia, tradisi itu memiliki potensi wisata yang bisa mendatangkan wisatawan dan bisa meningkatkan ekonomi masyarakat sekitar yang berjualan.

Sementara salah seorang warga Sikaladi Sukarni (56) mengatakan, biasanya kalau hari bagus, diperkirakan sampai 200-250 talam yang dibawa ke pandam pekuburan Sipuan Raya tersebut karena semua yang bersangkutan dengan suku Pisang akan datang.

Baca juga: Ribuan porsi sate khas Tanah Datar disuguhkan pada "open house"
Baca juga: Warga Tanah Datar pertahankan tradisi 'Malamang' jelang Lebaran
Baca juga: Tanah Datar siapkan empat festival meriahkan Lebaran

Pewarta: Syahrul Rahmat
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2019