“Langkah jangka panjang tentu sangat dibutuhkan, langka jangka pendek jika polusi sudah terlalu pekat juga dibutuhkan. Saya kira semua harus bisa saling bersinergi,” Kepala BBTMC, Tri Handoko Seto, saat dihubungi oleh ANTARA, di Jakarta, Senin.
Ia bilang, hujan buatan yang sedang dirancang BPPT adalah salah satu langkah kecil dalam mengatasi polusi udara. Namun tetap diperlukan langkah selanjutnya agar masalah tersebut tidak berkelanjutan.
“Saat ini kita sedang berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah DKI Jakarta dalam menyelesaikan masalah tersebut,” katanya.
Juga baca: BPPT jelaskan perbedaan hujan buatan untuk karhutla dan polusi udara
Juga baca: Pengurangan polusi udara Jakarta makin sulit saat curah hujan rendah
Juga baca: Pengamat: Anies terlambat bila terapkan uji emisi tahun 2020
Menurut dia, hal yang bisa dilakukan masyarakat untuk berkontribusi mengurangi polusi udara dengan mengurangi penggunaan kendaraan pribadi karena menggunakan bahan bakar yang menyebabkan polusi.
“Ya kalau pakai transportasi umum kan bisa mengurangi penggunaan BBM fosil itu salah satu langkah yang berdampak dalam jangka panjang karena bisa terus mereduksi polusi,” ujarnya.
Selain itu, memperbanyak ruang terbuka hijau juga menjadi cara yang ampuh dalam memberikan efek positif berjangka panjang bagi udara di Jakarta dan daerah lainnya di Indonesia.
“Namanya polusi itu kalau semakin banyak tanaman semakin bagus udaranya,” kata dia.
Menurut dia, banyaknya peristiwa kebakaran yang terjadi saat kemarau juga menjadi penyebab terjadi polusi udara sehingga masyarakat diharapkan untuk tidak melakukan aktivitas membakar hutan, lahan, atau apapun yang memicu adanya api yang besar.
“Kalau kita tidak menghentikan itu, kebakaran semakin parah dan kemudian polusi semakin tinggi. Kesehatan masyarakat juga terganggu,” katanya.
Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2019