Denpasar (ANTARA) - Biasanya, Ramadhan memang semarak dengan lantunan ayat-ayat suci Al Quran yang terdengar dari sudut surau, mushalla atau masjid. Namun, Ramadhan kali ini tidak hanya semarak dengan ayat-ayat qauliyah (firman Allah SWT yang tertulis dalam Quran), melainkan juga sudah diawali dengan ayat-ayat kauniyah (fenomena alam).

Sekitar empat bulan sebelum Ramadhan datang, ayat-ayat kauniyah itu sudah diajarkan Allah SWT melalui COVID-19 berukuran ekstra kecil yang mampu membuat miliaran manusia kelimpungan. Itulah ayat-ayat COVID-19 yang memberi banyak pelajaran kepada manusia, seperti dilantunkan penyanyi bertutur, Ebiet G Ade. "Tengoklah ke dalam sebelum bicara, singkirkan debu yang masih melekat...".

Ya, ayat kauniyah pertama dari COVID-19 itu mengajarkan iman. Umat manusia harus selalu ingat dan percaya/iman kepada-Nya. Jangan karena Tuhan itu tidak kasat mata, lalu tidak dipercaya, padahal virus yang ekstra kecil itu juga tidak kasat mata, tapi manusia sudah ketakutan dengan infeksinya...

Dalam Al Quran Surat Al-An'am Ayat 103 pun sudah ditegaskan secara qauliyah bahwa "Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala penglihatan. Dan Dialah Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui."

Artinya, manusia tidak bisa melihat virus COVID-19 secara kasat mata, tapi manusia bisa merasakan dampaknya. Begitu juga dengan Tuhan, manusia tidak bisa melihat-Nya, tetapi kekuasan-Nya selalu nyata, seperti virus COVID-19 yang diciptakan-Nya dalam ukuran sangat kecil itu juga kekuasan-Nya yang nyata.

Dalam ranah teologi, sesuatu itu dapat dilihat bila berupa materi, berbentuk, memiliki tempat, berada pada arah tertentu, dan ada sepercik cahaya yang menerangi mata, sehingga dapat terlihat. Nah, Tuhan sudah jelas bukan berupa materi dan berbentuk (material), namun manusia memiliki keterbatasan dengan hanya dapat merasakan manfaat dari ciptaan-Nya, seperti udara, cahaya, tumbuhan, dan sebagainya.

Ayat kauniyah kedua dari COVID-19 itu mengajarkan imun (kekebalan tubuh). Virus yang amat kecil itu terbukti hanya dapat diatasi dengan imun yang bersumber dari kebersihan atau peduli lingkungan hidup. Tidak membuang sampah sembarangan, tidak makan sembarangan, enggan dengan vitamin atau sayuran, jarang bergerak/olahraga, dan sebagainya yang membuat manusia menjadi tidak sehat.

Dalam Islam, ada Hadits yang menyebutkan bahwa kebersihan/kesucian adalah bagian dari iman. Bahkan, Al Quran Surat At-Taubah Ayat 108 juga mengaitkan kebersihan dengan ketakwaan. "Sungguh, masjid yang didirikan atas dasar takwa sejak hari pertama adalah lebih pantas engkau melaksanakan shalat di dalamnya. Di dalamnya ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Allah menyukai orang-orang yang bersih."

Budaya hidup bersih memang belum menjadi kebiasaan, maka COVID-19 mengajarkan pentingnya kebersihan dengan "memaksa" lewat penyakit. Padahal, Al Quran Surat Ar-Ruum Ayat 41 sudah mengingatkan manusia akan dampak ketidakpedulian pada lingkungan dan kebersihan, yakni "Telah nampak kerusakan di darat dan di lautan disebabkan karena perbuatan tangan (maksiat) manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)."

Ayat kauniyah ketiga dari COVID-19 itu mengajarkan pentingnya manusia untuk kembali ke lingkungan terkecil yang sangat inti, yakni pentingnya keluarga, pentingnya istri/suami, pentingnya anak, pentingnya kerabat dekat, dan pentingnya tetangga/teman.

Ya, COVID-19 menunjukkan pentingnya hubungan baik antara suami, istri, anak, dan kerabat/tetangga dekat terkait prinsip hak dan kewajiban diantara mereka (religius, edukatif, biologis/reproduksi, sosial-budaya/perlindungan, ekonomi), sehingga keluarga yang sakinah akan menjadikan negara yang sakinah/tenteram pula.

Semoga saja, Ayat kauniyah yang sudah diajarkan-Nya lewat COVID-19 menjelang Ramadhan akan membuat siapapun bisa menjalani Ramadhan dengan lebih baik dalam keimanan, kebersihan/kepedulian, dan hubungan kekeluargaan.

Pewarta: Edy M Yakub
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2020