takbir juga menyertai semua ibadah dalam IslamJakarta (ANTARA) - Alhamdulillahi rabbil'aalamin. Mari kita bersyukur kepada Allah SWT karena hari ini bisa mengawali dengan takbir kepada Allah. Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar walillahilhamdu. Demikian kalimat takbir yang seharusnya dilakukan setiap Muslimin setiap kali mengakhiri kegiatan Ramadhan.
Sebelas bulan ke depan, kita akan menanggung beban yang demikian berat, sangat berat setelah kita melakukan proses pencucian rohani selama bulan Ramadhan. Tanpa pertolongan Allah kita tidak akan pernah sampai pada derajat yang seperti sekarang ini.
Allah SWT selalu memberikan kesempatan kepada kita untuk menjadi semakin lebih baik termasuk dengan cara menikmati semua keberkahan lewat puasa di bulan Ramadhan. Sepanjang bulan Ramadhan Allah menyaksikan kita bangun dinihari menikmati sahur bersama keluarga, jangan sampai bulan-bulan ke depan Allah menyaksikan kita hanya tergolek seperti "bangkai" sampai melewati waktu-waktu Subuh.
Sungguh cemas kita kalau sepanjang Ramadhan lidah kita berpikir kepada Allah untuk membaca firman Allah, tetapi kemudian ke depan dengan lidah yang sama kita gunakan untuk mencaci maki, menyebar kebencian, memprovokasi dan melakukan tidakan yang tidak baik.
Sungguh cemas setelah sebulan lamanya kita menjaga perut kita dari makanan yang haram tapi sebelas bulan ke depan kita tidak menjaga perut kita dari memakan makanan yang haram. Nauzubillahi minzalika.
Saya kutipkan di akhir Al Baqarah ayat 185. "... Supaya engkau menyempurnakan bilangan puasamu dan supaya engkau membesarkan Allah atas petunjuk yang telah dianuegerahkan kepadamu. Semoga kalian semua menjadi hamba-hamba yang bersyukur kepada Allah".
Baca juga: Mengikhlaskan kenyataan
Baca juga: "Nasyid Nasihat", lagu baru Snada yang jenaka tapi penuh pesan
Ayat itu mengingatkan bahwa dalam sebelas bulan ke depan tugas kita tinggal dua, yaitu membesarkan Allah dan bersyukur terhadap apa yang diberikan Allah kepada kita. Caranya dengan bertakbir. Takbir tidak saja menyempurnakan ibadah puasa kita, tetapi takbir juga menyertai semua ibadah dalam Islam.
Perhatikan bagaimana perpindahan gerakan dalam shalat, semuanya ditandai dengan takbir. di dalam haji dengan takbir, bahkan ketika menyembelih hewan kurban, juga diakhiri dengan takbir.
Kenapa Islam mengajarkan penganutnya dengan cara bertakbir, karena Islam tidak ingin pengikutnya itu terjatuh pada dosa besar, yakni dosa yang pernah dilakukan Iblis yaitu dosa takabbur.
Allah berfirman, "Keagungan itu busanaku. Kebesaran itu pakaian itu. Siapa yang menyaingi Aku dalam keagungan dan kebesaran-Ku, akan Aku lemparkan dia ke dalam api neraka".
Iblis awalnya termasuk makhluk Allah yang suka dan taat beribadah kepada Allah. Bahkan, dalam suatu riwayat disebutkan tidak kurang dari 6.000 tahun iblis berada dalam ketundukan dan kesungguhan ibadah kepada Allah, tapi sekali dia takabur, sekali dia mengklaim dirinya sebagai yang paling baik, "Saya lebih baik dari Adam" dan dia mengingkari perintah Allah untuk sujud kepada Adam, Allah melempar iblis ke dalam api neraka.
Ketika sahabat Salman Al Farisi ditanya oleh sahabat lainnya. "Wahai Salman, perbuatan buruk apa yang bisa menghapus amalan kita", Salman menjawab, "Takabbur".
Mari kita berharap semoga takbir yang kita dengungkan dapat mengikis semua benih sifat takabbur yang masih tersisa di hati kita.
Kalau takabbur masih ada dalam diri kita, maka semua shalat kita hanya akan tersisa gerakan-gerakan yang tidak bermakna. Semua ibadah puasa kita hanya akan tersisa lapar dan dahaga, semua makna zakat dan haji kita akan tidak berbekas hanya karena satu kesalahan yakni takabbur kepada Allah.
Jangan sampai kita membangun ibadah di atas pondasi takabbur sebab iblis hanya sekali takabbur, dia dilaknat oleh Allah sampai hari kiamat.
Allah mengajarkan kita untuk menyudahi ibadah kita dengan membesarkan namanya dan bersyukur kepadanya. Mari kita bertakbir setulus-tulusnya. Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, walillahilhamdu. Wallaahu a'lamu bishawaab. Wallaahu muwafiq ilaa aqwaamithoriq.
Baca juga: Ramadhan adalah anugerah
*) Ustadz Edi KR adalah seorang dai (penceramah)
Pewarta: Ustadz Edi KR *)
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2020