mendapatkan restu untuk membuka Istiqlal sehingga bisa mengobati rasa rindu jamaahJakarta (ANTARA) - Hujan deras masih mengguyur kawasan Masjid Istiqlal, Pasar Baru, Jakarta Pusat, sekitar pukul 19.00 WIB, lima menit sebelum azan Isya berkumandang.
Kendati demikian, hal itu tidak menyurutkan jamaah di DKI Jakarta dan sekitarnya untuk segera masuk menunaikan shalat wajib dan Shalat Tarawih di Masjid Negara tersebut.
Senin, 12 April 2021, merupakan hari jatuhnya 1 Ramadhan, bulan suci yang telah dinanti khususnya bagi seluruh umat muslim di Indonesia.
Setelah mengalami renovasi besar-besaran selama satu tahun dan pandemi COVID-19 yang mengharuskan ditutupnya masjid kebanggaan negara tersebut, Istiqlal dibuka kembali, seakan menjadi hadiah penyambut Ramadhan tahun ini.
Memasuki waktu shalat, para jamaah laki-laki, lengkap dengan busana koko berwarna putih, berlari-lari kecil menuju pintu masuk Al Fattah, sedangkan jamaah perempuan masuk melalui pintu Al Quddus.
Sesampainya di pintu, jamaah akan diberikan kantung plastik bening untuk menyimpan sepatu mereka dan dicek suhu badannya dengan "thermo gun" oleh petugas Masjid Istiqlal.
Tidak banyak yang berubah jika melihat area wudhu perempuan, kecuali tanda silang merah yang menjadi penanda agar jamaah dapat mengatur jarak aman karena pandemi COVID-19 yang masih mewabah.
Baca juga: Masjid Istiqlal hanya tampung 2.000 jamaah untuk Shalat Tarawih
Saat menaiki tangga menuju lantai utama masjid, jamaah juga dapat melihat jelas alur naik maupun turun agar lalu lintas lebih teratur.
Sesampainya di lantai utama, satu-satunya area shalat yang diperkenankan Istiqlal, petugas sudah mengarahkan jamaah untuk segera merapat di shaf terdepan mendekati mimbar.
Petugas pun mengingatkan bahwa area salat hanya yang memiliki lambang masjid, sementara tanda "X "harus dikosongkan.
Sebelum dibuka untuk umum, Istiqlal memang telah melakukan sejumlah simulasi dan pengaturan jarak aman, sehingga ibadah tetap berjalan dan protokol kesehatan pun terpenuhi.
Hingga pukul 19.30 WIB, terlihat area shalat masjid hanya diisi seperlima, atau hanya 5-6 shaf baik jamaah laki-laki maupun perempuan.
Jumlah jamaah di hari perdana Shalat Tarawih tahun ini memang terlihat sepi, jika dibandingkan dengan kapasitas masjid saat pandemi, yakni 2.000 orang. Derasnya hujan yang mengguyur Jakarta, serta imbauan Pemerintah untuk beribadah di sekitar rumah, kemungkinan menjadi alasan jumlah jamaah belum seramai yang diperkirakan.
Mengobati kerinduan
Imam Besar Istiqlal Nasaruddin Umar, yang saat itu mengisi ceramah Shalat Tarawih, menceritakan bahwa sejumlah pihak menginginkan agar pembukaan kembali Istiqlal sebaiknya ditunda.
"Tetapi setelah memohon izin kepada Pemerintah, kami mendapatkan restu untuk membuka Istiqlal sehingga bisa mengobati rasa rindu jamaah," kata Nasaruddin.
Baca juga: Anies anjurkan pengurus masjid batasi jamaah hanya bagi warga sekitar
Menurut dia, dibukanya masjid yang sudah diresmikan sejak 42 tahun lalu oleh Presiden Soeharto tersebut, akan mengobati kerinduan bagi sebagian umat yang setiap tahunnya menunaikan kegiatan Ramadhan di Istiqlal.
Selain itu, meski pelaksanaan shalat harus berjarak antarjamaah demi protokol kesehatan, diharapkan tidak mengurangi pahala, serta makna tarawih dan Ramadhan bagi kaum muslimin/muslimah.
Hal itu pun diamini oleh sejumlah jamaah yang mengaku bersyukur dapat kembali bersujud di Istiqlal, setelah satu tahun terakhir masjid ini harus menutup pintu masuknya.
"Saya biasanya di Masjid Istiqlal, tahun-tahun sebelum pandemi ke sini. Makanya saya datang karena saya merasa rindu ibadah di Istiqlal," kata Ilham (32), salah satu jamaah.
Jamaah lainnya, Yuli (35) juga rela menempuh jarak puluhan kilometer dari Cakung, Jakarta Timur dan menembus hujan demi shalat di Istiqlal.
Lain halnya dengan cerita Indah (18) yang tinggal di Gang Kingkit, Kebon Kelapa, Jakarta Pusat. Meski tidak jauh dari rumahnya, ia mengaku belum pernah shalat di Istiqlal.
"Belum pernah, baru pertama kalinya ke sini. Padahal sudah niat tahun lalu mau shalat di Istiqlal, tapinya tutup ya, lama juga satu tahun," kata Indah.
Baca juga: Durasi Shalat Tarawih di Istiqlal lebih pendek dari kondisi normal
Larangan dan imbauan
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan pengurus Istiqlal telah menerapkan sejumlah aturan demi menjaga agar tidak terjadi penularan virus oleh jamaah.
Pada Ramadhan tahun ini, Istiqlal pun hanya dibuka untuk ibadah shalat saja, baik shalat fardu maupun tarawih dan witir.
Sementara itu, rangkaian kegiatan Ramadhan lainnya, seperti buka puasa (ifthar) bersama, sahur bersama dan iktikaf atau berdiam diri menginap di masjid ditiadakan.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menilai bahwa pemerintah sebisa mungkin menghindari potensi terjadinya penularan dari aktivitas yang mengharuskan masyarakat membuka masker.
"Begitu ada kegiatan ifthar dan sahur, maka harus membuka masker. Karena itu, penggunaan tempat ibadah masjid bisa dijalankan dengan menaati protokol kesehatan dengan menghindari kerumunan dan hindari membuka masker," kata Anies.
Selain itu, Istiqlal juga melarang jamaah membawa anak-anak dengan usia di bawah 10 tahun. Hal itu karena anak-anak rentan terhadap penularan virus corona.
Untuk membatasi jamaah yang datang, Istiqlal juga memberlakukan waktu masuk. Untuk Shalat Tarawih, pintu akan ditutup pada pukul 20.30 WIB. Pada jam tersebut, petugas tidak akan memperkenankan jamaah untuk masuk.
Baca juga: Imam Besar ajak jamaah bersyukur Istiqlal dibuka kembali untuk umum
Kemudian, pintu masuk akan ditutup secara total pukul 22.00 WIB untuk disterilisasi dan disemprot disinfektan. Istiqlal baru akan dibuka pada pukul 04.00 WIB keesokan harinya untuk Shalat Subuh.
Ada pun pintu masuk Istiqlal hanya dibuka di sektor utara, yakni pintu yang berhadapan dengan Stasiun Juanda, serta sektor selatan yang berseberangan dengan SMP 4 Jakarta.
Dibukanya Masjid Istiqlal saat pandemi diharapkan menjadi contoh bagi masjid-masjid lainnya di Indonesia, terkait ketatnya protokol kesehatan COVID-19.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, Kementerian Agama, pengurus Istiqlal, serta para pemangku kepentingan terkait tentunya ingin memperlihatkan betapa seriusnya pencegahan penularan virus di masjid terbesar se-Asia Tenggara itu.
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2021