Rohansyah beserta keluarga yang sengaja mudik ke Sampit pada awal Ramadhan hanya untuk bisa sahur bersama orang tuanya pada Senin (6/5) dini hari.
"Hal ini biasa keluarga kami lakukan di setiap tahunnya pada awal Ramadhan, karena ibu tinggal di Sampit sedangkan saya dan keluarga tinggal di Palangka Raya," katanya.
Meskipun mudik yang biasa ia lakukan di awal Ramadhan hanyalah sebentar, namun kegiatan tersebut rutin dilakukan demi bisa bertemu dan memulai puasa bersama ibunya. Jika kondisinya memungkinkan, kegiatan yang mereka lakukan meliputi tarawih, sahur hingga buka puasa bersama.
Namun sayangnya pada awal Ramadhan 1440 Hijriah ini, dirinya bersama keluarga hanya bisa tarawih dan sahur bersama. Sebab usai menjalankan ibadah shalat subuh, ia terpaksa kembali ke Palangka Raya karena harus bekerja.
"Meski tidak bisa sampai buka puasa bersama, namun saya bersyukur karena masih diberi kesempatan untuk memulai ibadah puasa bersama ibu, serta di rumah tempat saya dibesarkan sejak kecil," tuturnya.
Hal serupa juga dilakukan warga Palangka Raya lainnya, yakni Hidayat yang juga mudik ke Sampit saat awal Ramadhan. Berbeda dengan Rohan yang menemui ibunya, Hidayat mudik untuk bisa bertemu dan berkumpul bersama istrinya.
Kebiasaan ini sudah ia lakukan dalam dua tahun terakhir, sebab Hidayat dan istrinya tinggal di kota berbeda karena sama-sama bekerja. Meskipun harus menempuh jarak hingga 200 kilometer lebih, hal tersebut ia lakukan agar bisa memulai awal Ramadhan bersama istrinya.
"Mudik saat awal Ramadhan sudah saya lakukan sejak tahun lalu dan mungkin akan terus berlanjut jika masih harus bekerja di kota yang berbeda dengan istri saya," jelasnya yang bekerja di salah satu perusahaan swasta tersebut.
Walaupun sedih dengan kondisi tersebut, namun ia bersama istri tetap bersyukur karena masih diberikan kesempatan untuk memulai ibadah puasa bersama. Bahkan untuk memenuhinya, Hidayat terpaksa mengajukan izin selama satu hari hingga nantinya dapat buka puasa bersama di hari pertama Ramadhan.
Pewarta: Kasriadi/Muhammad Arif Hidayat
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2019