Puasa merupakan kewajiban bagi umat muslim pada bulan Ramadhan, namun janganlah sekedar menunaikan kewajiban melainkan mengajarkan hakekat akhlak, moral, dan kejujuran serta budi pekertiJakarta (ANTARA) - Ibu Sinta Nuriyah Wahid, istri mendiang Presiden keempat, KH Abdurrahman Wahid, bersahur bersama dengan warga RW03 Kelurahan Rawamangun, di Jalan Pratekan, Jakarta Timur, Rabu dini hari.
Kehadirannya dalam aktivitas merajut dan menguatkan kebhinekaan Indonesia itu merupakan bagian dari aktivitas rutin dia saban Ramadhan di seluruh Tanah Air.
Saat bersua dengan warga di RW dengan jumlah warga paling padat di Kelurahan Rawamangun dengan 13 RT itu, Sinta berdialog dengan warga dan berbagi tentang makna dan hakekat puasa pada bulan suci Ramadhan.
"Puasa itu adalah kewajiban bagi umat muslim pada bulan Ramadhan, namun puasanya janganlah sekedar menunaikan kewajiban melainkan mengajarkan hakekat akhlak, moral, dan kejujuran serta budi pekerti," katanya.
Implementasi dari hakekat puasa itu bagi bangsa Indonesia, katanya, sangat penting dan pas dengan keadaan bangsa dan negara saat ini yang baru saja melaksanakan Pemilu 2019.
"Mumpung kita berpuasa, kita harus dapat mengendalikan hawa nafsu, sehingga kita bisa mengatasi virus kebencian, kecurigaan, hoax yang disebar di mana-mana, dan lain sebagainya. Kita ajak semuanya untuk mengatasi semua itu," kata dia.
Hal ini sesuai dengan tema yang diusung Sinta bersama Aliansi Nasional Bhinneka Tunggal Ika dan Yayasan Puan Hayati, yaitu "Dengan Berpuasa Kita Padamkan Kobaran Api Kebencian dan Hoaks".
Sahur keliling mulai dijalani Sinta saat suaminya Abdurahman Wahid alias Gus Dur masih menjadi presiden keempat Indonesia pada 2000 lalu. Saat itu Sinta mengunjungi sejumlah kawasan di mana kaum marjinal bertempat tinggal.
Baca juga: Tunjukkan toleransi, Shinta Nuriyah sahur di Wihara Bogor
Baca juga: Warga Kalteng laksanakan mudik sahur di awal Ramadhan
Pewarta: Ade P Marboen
Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2019