Dalam menjalankan konsep Green Iftar, pengelola masjid pada Selasa (14/5) menyajikan bala-bala, tahu isi, lontong dalam nampan serta menyediakan teko air minum dan gelas-gelas melamin, tidak menggunakan minuman kemasan dan makanan dalam kemasan plastik, kardus atau styrofoam.
"Kami menekan perilaku yang dapat menghasilkan sampah banyak pada jamaah, karena mengganggu ekosistem," kata pengurus Masjid Burj Al Bakrie Andi Rahman di Basement Gedung Bakrie Tower, Kuningan, Jakarta Selatan.
"Ini sudah tahun ketiga kalinya kami menerapkan buka puasa seperti ini," ia menambahkan.
Dia mengatakan penerapan Green Iftar ditujukan untuk menghindari tindakan yang mubazir dan berlebih-lebihan sesuai dengan fatwa Majelis Ulama Indonesia tentang pengelolaan sampah untuk mencegah kerusakan lingkungan.
"Alhamdulillah penerapan ini sangat efektif sekali berbeda sekali ketika pertama kali bulan Ramadhan dilaksanakan di masjid ini berdiri pada 2015," kata Andi, yang sudah empat tahun menjadi pengurus masjid.
Masjid Burj Al Bakrie, yang diresmikan pada awal 2015, mencanangkan Green Iftar tahun 2017 dan mulai melaksanakannya sejak Ramadhan 2018.
Menurut data Unit pelaksana Teknis Tempat Pengolahan Sampah Terpadu Bantargebang di Kota Bekasi volume sampah DKI Jakarta yang masuk ke TPST Bantargebang pada hari pertama puasa Ramadhan 1440 Hijriyah bertambah 864 ton dibandingkan pada hari biasa menjadi 7.864 ton.
Baca juga:
Sampah Masjid Istiqlal sampai satu ton per hari saat Ramadhan
Sampah Jakarta bertambah 864 ton pada hari pertama Ramadhan
Pewarta: Virna P Setyorini/M Risyal Hidayat
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2019