Jayapura (ANTARA) - Bank Indonesia memprediksi Papua akan mengalami inflasi tinggi di bulan Mei dan Juni mendatang, yang dipicu beberapa faktor yaitu peningkatan permintaan akan bahan pangan dan angkutan sehubungan dua hari libur di bulan Mei dan bulan Ramadhan serta perayaan hari besar keagamaan nasional (HBKN) Idul Fitri 1440 H.

"Selain itu terjadinya kenaikan tarif pengiriman barang berisiko meningkatkan tarif logistik hingga mempengaruhi harga barang dan jasa," kata Kepala BI Papua Joko Supratikto dalam keterangan persnya di Jayapura, Jumat.

Joko mengatakan, tingginya inflasi itu di antaranya disebabkan beberapa harga bahan pokok mengalami peningkatan seperti bawang putih yang pernah mencapai Rp120 ribu/kg. Bawang putih yang didatangkan dari luar Papua khususnya Makassar dan Jawa memang terlambat tiba hingga menyebabkan komoditas tersebut sempat menipis serta adanya indikasi momen hari raya dimanfaatkan pedagang untuk menaikkan harga barang hingga perlu dipotong mata rantai distribusi dari produsen ke konsumen.

Pemotongan mata rantai distribusi itu menjadi upaya pengendalian inflasi jangka pendek tetapi juga jangka panjang apabila dilakukan secara konsisten.

Selain itu penurunan tarif batas atas angkutan udara yang ditetapkan Menhub 15 Mei lalu dapat menahan laju inflasi lebih tinggi, harap Joko seraya menambahkan untuk menekan laju inflasi menjelang Idul Fitri, tim pengendali inflasi daerah (TIPD) melakukan beberapa upaya di antaranya memotong rantai distribusi dari produsen ke konsumen melalui pelaksanaan pasar produsen.

"Masyarakat juga dihimbau mengkonsumsi secara wajar dan tidak panik karena persediaan bahan pangan aman dan melaksanakan pasar murah dan operasi pasar menjelang lebaran Idul Fitri," kata Joko.

Baca juga: Papua Barat ajukan izin impor langsung bawang putih hadapi Idul Fitri

Baca juga: Kemendag: Stok bahan pokok di Papua Barat aman

Pewarta: Evarukdijati
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2019